
KALIMANTAN TIMUR, JURNALKALTIM.com – Pentingnya pencegahan stunting di Indonesia untuk tercapainya target penurunan angka stunting di Indonesia. Berdasarkan data dari tahun 2022, kasus stunting di Kaltim menduduki peringkat ke-16 se-Indonesia, yaitu sebesar 23,9 persen.
Dalam upaya untuk mengatasi masalah serius ini, kepala Dinas Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKP3A) Kaltim, Noryani Sorayalita, mengakui perlunya perhatian khusus terhadap kasus stunting di wilayahnya.

Presiden Joko Widodo baru-baru ini mengumumkan bahwa angka kasus stunting di Indonesia mengalami penurunan yang signifikan, mencapai 21,6 persen. Namun, di beberapa wilayah, terutama Kalimantan Timur (Kaltim), angka kasus stunting masih terjadi peningkatan sebesar 1,1 persen pada tahun 2022.
Pemerintah dan berbagai instansi terkait berkomitmen untuk terus berupaya menurunkan angka stunting di Indonesia. Salah satu strategi yang diusulkan adalah penguatan upaya pencegahan, terutama untuk mereka yang memiliki risiko tinggi mengalami stunting. Upaya pencegahan stunting ini mencakup intervensi gizi yang lebih diperhatikan, baik selama kehamilan maupun pasca melahirkan.
Masalah Gizi Kronis dan Upaya Pencegahan Stunting di Kaltim
Sebelum melanjutkan, penting untuk memahami apa itu stunting. Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang memadai dalam jangka waktu panjang, terutama pada masa pertumbuhan anak. Hal ini dapat mengakibatkan pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif terhambat, yang akan berdampak jangka panjang pada kesehatan dan produktivitas individu di masa depan.
Kepala DKP3A Kaltim, Noryani Sorayalita, menegaskan komitmennya untuk giat melakukan pencegahan stunting di wilayahnya. Menurutnya, pihaknya telah merancang serangkaian strategi untuk mengurangi angka stunting di Kaltim. Salah satu langkah utama yang akan diambil adalah penguatan upaya pencegahan.
DKP3A tidak akan bekerja sendiri dalam upaya ini. Mereka akan terus berkoordinasi erat dengan dinas kesehatan, puskesmas, dan posyandu dalam menjalankan program pencegahan stunting. Hal ini penting karena masalah malnutrisi kronis tidak hanya melibatkan aspek gizi, tetapi juga aspek kesehatan dan pelayanan medis.
Dalam penanganan dan pencegahan stunting ada beberapa hal yang perlu dilakukan, diantaranya identifikasi individu yang memiliki risiko tinggi mengalami malnutrisi kronis dan memberikan intervensi yang tepat kepada mereka. Ini mencakup memberikan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya nutrisi selama kehamilan, merencanakan makanan yang seimbang, dan memantau pertumbuhan anak secara teratur.
Upaya Penguatan Gizi Selama Kehamilan dan Pasca Melahirkan
Salah satu aspek penting dalam upaya pencegahan stunting adalah memberikan perhatian khusus kepada ibu hamil dan pasca melahirkan. Noryani Sorayalita menggarisbawahi bahwa periode ini sangat kritis dalam perkembangan anak.
Dalam hal ini, DKP3A Kaltim akan bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk rumah sakit, puskesmas, dan tenaga kesehatan setempat, untuk memastikan bahwa ibu hamil mendapatkan perawatan prenatal yang baik. Ini termasuk pemantauan kehamilan yang teratur, pemeriksaan gizi, dan penyuluhan tentang pentingnya nutrisi yang cukup selama kehamilan.
Selain itu, pihak berwenang juga akan fokus pada perawatan pasca melahirkan. Ibu baru akan diberikan panduan tentang merawat bayi mereka dengan baik, termasuk memberikan makanan yang seimbang dan mengikuti jadwal imunisasi yang tepat. Upaya ini perlu didukung oleh seluruh masyarakat juga demi pencegahan stunting di wilayahnya.
Kerjasama dengan Puskesmas dan Posyandu
Upaya pencegahan stunting tidak bisa dilakukan sendiri oleh DKP3A Kaltim. Mereka akan menjalin kerjasama erat dengan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).
Puskesmas adalah lembaga kesehatan yang memiliki peran penting dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat di tingkat lokal. Dalam konteks pencegahan stunting, puskesmas akan berperan dalam pemantauan pertumbuhan anak, penyuluhan gizi kepada ibu hamil dan ibu menyusui, serta memberikan saran tentang makanan yang sehat dan bergizi.
Sementara itu, posyandu adalah pos pelayanan yang biasanya terletak di tingkat desa atau kelurahan. Mereka juga akan berkontribusi dalam program pencegahan stunting dengan mengadakan pertemuan rutin dengan ibu-ibu muda untuk memberikan edukasi tentang gizi dan pertumbuhan anak.
Target Turunnya Angka Stunting pada Tahun 2024
Salah satu target yang ambisius yang telah ditetapkan DKP3A Kaltim adalah menurunkan 14 persen angka stunting di Kaltim di tahun 2024. Meskipun tantangan besar, Noryani Sorayalita dan timnya sangat bersemangat untuk mencapai tujuan ini.
“Kita akan lakukan penguatan terhadap mereka yang memiliki risiko stunting tinggi untuk diintervensi semoga target kita di tahun 2024 turun 14 persen bisa semakin nyata,” jelas Noryani pada Jumat, 18 Agustus 2023.
Mengingat tren peningkatan kasus stunting di beberapa wilayah, upaya ini akan memerlukan kerja keras dan kerjasama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, sektor kesehatan, dan masyarakat luas.
Dukungan Pemerintah Pusat
Selain intervensi langsung, edukasi gizi juga akan menjadi bagian integral dalam upaya pencegahan stunting. Menyediakan pengetahuan yang cukup tentang gizi yang baik dapat membantu masyarakat membuat pilihan makanan yang lebih sehat dan bergizi.
Program edukasi gizi perlu dilakukan melalui berbagai saluran, termasuk kampanye publik, pertemuan komunitas, dan pelatihan khusus untuk ibu-ibu muda. Tujuannya adalah meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang dalam pertumbuhan anak.
Upaya pencegahan stunting ini juga perlu dukungan penuh dari pemerintah pusat di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Selain itu, pemerintah pusat juga perlu mendorong kolaborasi antara pemerintah daerah, sektor swasta, dan organisasi non-pemerintah dalam upaya pencegahan stunting. Ini adalah langkah positif yang dapat memperkuat upaya-upaya yang ada dan membantu mencapai target penurunan angka stunting.
Komitmen Bersama Hadapi Kasus Stunting di Kaltim
Kasus stunting di Indonesia telah mengalami penurunan secara keseluruhan, tetapi masih merupakan masalah serius di beberapa wilayah, termasuk Kalimantan Timur. Upaya pencegahan stunting yang kuat dan berkelanjutan sedang dijalankan untuk mengatasi masalah ini.
Kepala DKP3A Kaltim, Noryani Sorayalita, bersama dengan berbagai pihak terkait, berkomitmen untuk mengurangi angka stunting dengan fokus pada penguatan gizi selama kehamilan dan pasca melahirkan, kerjasama dengan puskesmas dan posyandu, serta program edukasi gizi.
Dukungan penuh dari pemerintah pusat dan komitmen masyarakat sangat penting dalam mencapai target penurunan angka stunting, yang diharapkan akan mencapai 14 persen pada tahun 2024. Meskipun ada tantangan di lapangan, langkah-langkah konkret telah diambil untuk mengatasi masalah gizi kronis ini, sehingga generasi masa depan Indonesia dapat tumbuh dengan sehat dan produktif.
sumber: kemenkes, alodokter, katadata, gramedia