
SAMARINDA, JURNALKALTIM.com – Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur (DINKES KALTIM) terus menggalakkan usahanya dalam menekan angka prevalensi stunting yang kini mencapai 23 persen. Menyadari bahwa dalam beberapa tahun terakhir, Kaltim telah mengalami kenaikan prevalensi stunting sebanyak 1,1 persen dari tahun sebelumnya, langkah-langkah konkret harus diambil untuk mengatasi masalah ini.
Kabid Kesmas Dinkes Kaltim, Fit Nawati, mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang berkontribusi pada peningkatan prevalensi stunting adalah kurangnya minat masyarakat dalam memantau tumbuh kembang bayi mereka di posyandu.

Fit Nawati juga menambahkan bahwa Dinkes Kaltim telah berkomitmen untuk terus mensosialisasikan program pencegahan stunting kepada masyarakat. Upaya ini akan melibatkan peningkatan cakupan kunjungan pemantauan pertumbuhan bayi ke posyandu. Dengan meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat, Dinkes Kaltim berharap dapat mencapai target cakupan kunjungan hingga 80 persen, sehingga kasus prevalensi stunting dapat ditekan lebih lanjut.
Menjelajahi Kendala Stunting: Kondisi Serius yang Mencemaskan di Indonesia
Stunting merupakan kondisi di mana pertumbuhan fisik dan kognitif anak terhambat akibat kekurangan gizi kronis. Kondisi ini bisa berdampak serius pada kualitas hidup anak dan masa depannya. Menurut laporan terbaru dari Dinkes Kaltim, prevalensi stunting di wilayah ini telah mencapai 23 persen, yang merupakan angka yang sangat mengkhawatirkan. Jika langkah-langkah tegas tidak diambil, generasi muda di Kalimantan Timur berisiko mengalami dampak jangka panjang akibat masalah kesehatan ini.
Salah satu tindakan penting dalam upaya mencegah stunting adalah memastikan bahwa bayi dan anak balita secara teratur dipantau pertumbuhannya di pusat kesehatan terpadu. Namun, disayangkan bahwa partisipasi dalam program ini masih rendah, seperti yang diungkapkan oleh Fit Nawati. Hanya sekitar 40 persen dari bayi dan anak balita yang mendapatkan pemantauan pertumbuhan di pusat kesehatan terpadu. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap rendahnya partisipasi ini meliputi kurangnya kesadaran mengenai pentingnya pemantauan pertumbuhan dan kendala dalam mengakses fasilitas pusat kesehatan terpadu.
Untuk memperkuat partisipasi komunitas dalam memantau pertumbuhan bayi, Dinas Kesehatan Kalimantan Timur memiliki tujuan untuk meningkatkan tingkat kunjungan pemantauan pertumbuhan bayi ke pusat kesehatan terpadu hingga mencapai 80 persen. Ini merupakan upaya strategis guna mengurangi angka stunting dengan signifikan. Melalui keterlibatan aktif dan berkala masyarakat dalam inisiatif ini, diharapkan bahwa potensi risiko stunting pada anak-anak dapat dikenali lebih awal dan langkah-langkah yang diperlukan dapat diambil.
Asupan Gizi Ideal: DINKES KALTIM Mengembangkan Kemitraan Luas dalam Mengatasi Prevalensi Stunting
Kolaborasi antar sektor juga akan menjadi elemen penting dalam menangani stunting. DINKES KALTIM akan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan, Dinas Sosial, dan berbagai entitas terkait lainnya untuk mendorong program-program yang secara komprehensif dapat mengatasi faktor-faktor risiko stunting. Inisiatif ini akan mencakup penyediaan asupan gizi yang memadai, perbaikan akses layanan kesehatan, serta peningkatan pendidikan gizi bagi masyarakat.
Sadar akan fakta bahwa mengatasi stunting adalah suatu usaha yang memerlukan waktu yang tidak singkat, Dinas Kesehatan Prov Kalimantan Timur juga akan terus melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap program-program yang telah diterapkan. Melalui pemantauan rutin ini, mereka akan dapat mengenali peluang untuk meningkatkan dan menyesuaikan strategi jika diperlukan.
Langkah Istimewa Pemerintah untuk Ibu dan Anak: Misi Melindungi dan Membangun
Di skala nasional, pemerintah Indonesia juga telah mengambil langkah-langkah strategis dalam usaha untuk mengatasi stunting. Melalui inisiatif “1000 Hari Pertama Kehidupan”, pemerintah telah berkomitmen untuk memberikan perhatian khusus pada kesehatan ibu hamil dan anak-anak selama periode kritis yang berlangsung setelah kelahiran. Program ini melibatkan aspek pendidikan gizi bagi ibu hamil, penyediaan makanan pendamping ASI (MP-ASI), serta bantuan dalam memantau perkembangan pertumbuhan anak.
Tingginya prevalensi stunting di Kalimantan Timur telah menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan masyarakat. Melalui upaya berkelanjutan seperti peningkatan cakupan kunjungan pemantauan pertumbuhan bayi ke pusat kesehatan terpadu dan penyebaran informasi mengenai program pencegahan stunting, kita memiliki potensi untuk mengubah arah masa depan anak-anak di Provinsi Kalimantan Timur menuju kehidupan yang lebih baik. Saatnya bersatu untuk menghadapi tantangan stunting dan memastikan bahwa generasi muda Kalimantan Timur dapat tumbuh dengan kesehatan dan potensi optimal.