Samarinda, Jurnalkaltim.com – Dalam upaya pencegahan stunting, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa (DPMPD) Kaltim dipilih menjadi salah satu organisasi perangkat daerah yang akan terlibat dalam rencana penilaian kinerja stunting tahun 2023. Penilaian ini rencananya akan dilakukan secara daring bagi pemerintah kabupaten/kota pada 20 September 2023.
Tujuan dari Penilaian Kinerja Pencegahan Stunting

Dalam rapat Persiapan Penilaian Kinerja Stunting 2023, Kepala DPMPD Kaltim, melalui Kabid Pemberdayaan Kelembagaan dan Sosbudmasy Roslindawaty mengatakan rapat ini untuk persiapan penilaian bersama Kepala Daerah/Ketua TPPS Kabupaten/Kota se Provinsi Kaltim, Instansi Lembaga Vertikal Provinsi Kaltim, akademisi, Forum CSR dan OPD teknis Provinsi Kaltim. Dan untuk pelaksanaanya dilakukan pada tanggal 20 September 2023
Menurutnya, penilaian kinerja stunting guna mengukur tingkat kinerja pemerintah daerah kota maupun kabupaten dalam pelaksanaan memastikan akuntabilitas kinerja, evaluasi serta mengapresiasi kinerja dalam pelaksanaan delapan aksi konvergensi pencegahan stunting.
Roslindawaty juga menambahkan, acara ini bertujuan untuk menyampaikan informasi mengenai aspek kinerja yang perlu ditingkatkan maupun kinerja mana saja yang sudah baik dari setiap kota ataupun kabupaten. Dengan adanya penilaian ini, ia berharap kasus stunting di Provinsi Kaltim bisa turun.
Lebih lanjut, melaksanakan persiapan penilaian kinerja stunting pemkot atau pemkab dalam pelaksanaan delapan aksi konvergensi percepatan pencegahan stunting terintegrasi tahun 2023 dalam rangka Percepatan Penurunan Stunting yang menjadi kasus prioritas nasional dalam RPJMN 2020 -2024
Cara Pencegahan Stunting
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis dan penyakit infeksi berulang, terutama yang terjadi pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).Periode 1.000 HPK ini dihitung sejak anak berada dalam kandungan hingga berusia 2 tahun.
WHO menyebutkan bahwa anak yang mengalami stunting memiliki resiko lebih tinggi menderita penyakit degeneratif saat ia dewasa. Selain itu, dalam skala yang lebih besar, stunting dan malnutrisi juga diperkirakan menyebabkan penurunan produk domestik bruto (PDB) sebesar 2%- 3% per tahun.
Secara khusus di Indonesia, berdasarkan analisa Lubia Qureshi dari Bank Dunia di tahun 2013, kerugian akibat stunting diperkirakan mencapai Rp.300 triliun per tahun.
Di Indonesia, angka prevalensi stunting anak balita sudah menunjukkan tren penurunan dari 37,2% di 2013 (RISKESDAS) menjadi 27,7% di 2019 (SSGBI). Namun ini berarti 1 dari 4 anak balita di Indonesia, atau lebih dari 8 juta anak mengalami stunting.
Pandemi Covid – 19 yang sudah berlangsung sejak awal 2020 diperkirakan akan berdampak pada upaya pencegahan stunting dan dapat menambah jumlah anak berisiko stunting.
Hingga saat ini di berbagai wilayah di Indonesia kasus stunting masih tergolong tinggi, meskipun telah mengalami penurunan bertahap. Angka stunting di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk akses terhadap gizi yang memadai, praktik pemberian makanan kepada anak, sanitasi hingga pendidikan tentang gizi.
Pemerintah Indonesia telah berupaya untuk mengatasi masalah stunting melalui berbagai program dan kebijakan. Berikut adalah beberapa upaya untuk pencegahan stunting :
- Pemberian ASI eksklusif, memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan bayi adalah langkah penting dalam pencegahan stunting. ASI mengandung nutrisi yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.
- Makanan Pendamping ASI, setelah 6 bulan, anak perlu diberi makanan pendamping ASI yang seimbang. Ini termasuk sumber nutrisi seperti sayuran, buah, daging dan biji – bijian.
- Suplemen Gizi, pemberian suplemen gizi, terutama zat besi dan vitamin A kepada anak – anak yang memerlukannya dapat membantu mencegah stunting.
- Pemantauan Pertumbuhan, pemantauan teratur terhadap pertumbuhan anak sangat penting. Ini dapat membantu mendeteksi stunting sejak dini dan bisa mengambil tindakan yang tepat.
- Perbaikan Sanitasi dan Air Bersih, memastikan akses ke sanitasi yang baik dan air bersih dapat mengurangi risiko infeksi dan diare yang dapat mempengaruhi pertumbuhan anak.
- Pendidikan Tentang Gizi dan Perawatan Anak, memberikan pendidikan kepada orang tua dan masyarakat tentang gizi yang baik, cara merawat anak dengan benar dan praktik hygiene yang tepat juga merupakan komponen penting dalam pencegahan stunting.
- Pemberdayaan Perempuan, meningkatkan status sosial ekonomi perempuan dapat membantu mengurangi stunting karena perempuan yang lebih terdidik cenderung lebih mampu merawat anak dengan baik.
Pencegahan stunting memerlukan kerjasama dari semua pihak mulai pemerintah, organisasi, profesional kesehatan dan masyarakat untuk mengimplementasikan langkah – langkah pencegahan stunting secara efektif.