24 C
Samarinda
InternasionalKebakaran Mematikan saat Pesta Pernikahan di Irak: 113 Tewas, Diduga Akibat Kembang...

Kebakaran Mematikan saat Pesta Pernikahan di Irak: 113 Tewas, Diduga Akibat Kembang Api

Jurnalkaltim.com – Pesta pernikahan yang seharusnya menjadi momen bahagia berubah menjadi tragedi memilukan di Irak. Pada Selasa, 26 September, sebuah kebakaran besar terjadi pada sebuah pesta pernikahan di distrik Hamdaniya, provinsi Nineveh. Dikabarkan lebih dari 100 orang tewas dan 150 lainnya mengalami luka-luka akibat insiden tersebut.

Kebakaran Pesta Pernikahan di Irak: Panel Prefabrikasi Diduga Sebagai Pemicu Utama

Kebakaran
Kebakaran Mematikan di Pesta Pernikahan Irak: 113 Tewas, Diduga Akibat Kembang Api
Sumber : diarolibre

Dilansir dari sumber resmi pemerintah, sebanyak 113 korban tewas telah dipastikan, sementara media pemerintah menyebutkan jumlah korban tewas sedikitnya 100 orang. Pada Rabu, 27 September, proses penyelamatan dan evakuasi masih berlangsung. Peristiwa ini diperburuk oleh fakta bahwa gedung dimana pesta diadakan tersebut terbuat dari bahan yang mudah terbakar, inilah yang menyebabkan kebakaran cepat menyebar lalu akhirnya meruntuhan struktur bangunan.

Salah satu saksi mata, Imad Yohana, 34 tahun, menceritakan kepanikan yang terjadi: “Kami melihat api berkobar, keluar dari aula. Beberapa tamu berhasil keluar, namun banyak yang terjebak di dalam. Bahkan yang berhasil keluar juga mengalami luka.”

Rekaman video dari lokasi kejadian memperlihatkan bagaimana petugas pemadam kebakaran berjuang memadamkan api di tengah reruntuhan bangunan yang telah terbakar. Otoritas pertahanan sipil Irak dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa bangunan tersebut menggunakan panel prefabrikasi yang mudah terbakar dan melanggar standar keselamatan. “Kebakaran menyebabkan beberapa bagian langit-langit runtuh akibat penggunaan bahan konstruksi yang sangat mudah terbakar dan murah,” demikian pernyataan tersebut.

Diketahui bahwa kebakaran dimulai saat kembang api dinyalakan selama perayaan pernikahan. Ini menegaskan jika standar keselamatan di Irak, khususnya di sektor konstruksi dan transportasi, sering diabaikan. Negara yang infrastrukturnya telah rusak parah akibat puluhan tahun konflik ini, sering mengalami kebakaran dan kecelakaan fatal.

Insiden tragis ini kembali mengingatkan kita tentang pentingnya standar keselamatan dan tindakan pencegahan, terutama saat mengadakan acara besar seperti pernikahan.

 Tradisi Pernikahan Di Irak: 

Pernikahan bukan hanya soal pengikatan dua insan, tetapi juga refleksi dari budaya dan tradisi suatu bangsa. Di Irak, pernikahan telah mengalami transformasi dalam beberapa dekade terakhir, terutama akibat tekanan ekonomi dan konflik yang berkepanjangan. Meski di tengah tantangan, tradisi tetap bertahan dan menjadi simbol kekuatan budaya bangsa.

Berdasarkan tradisi yang telah berlaku sejak lama di Irak, perempuan biasanya menikah di usia awal 20-an. Namun, pola ini mulai berubah. Dalam satu dekade terakhir, ekonomi Irak telah terkena dampak dari sanksi internasional dan konflik internal. Data menunjukkan bahwa ada sekitar satu juta perempuan di Irak yang berusia di atas 35 tahun dan belum menikah. Biaya pernikahan yang tinggi, ditambah dengan kesulitan ekonomi serta minimnya peluang kerja, membuat banyak pria kesulitan untuk memenuhi standar tradisional sebagai kepala rumah tangga.

Pernikahan di Irak, seperti di banyak tempat lain di Timur Tengah, adalah urusan yang kompleks yang penuh dengan tradisi. Beberapa orang tua di Irak mengklaim bahwa tradisi pernikahan mereka berasal dari kebudayaan Mesir kuno, dan telah diwariskan dari generasi ke generasi. Ada tujuh tahapan utama dalam prosesi pernikahan di Irak: mulai dari mashaya dan sharbet, pertunangan, nishan, aqed il Qaran, pesta hena, resepsi pernikahan, hingga al-sab’a.

Tahapan-tahapan ini mencerminkan interaksi dan pertukaran antara dua keluarga, dengan banyaknya ritual yang melibatkan pemberian hadiah, perayaan, dan perjanjian. Meskipun tradisi ini telah bertahan selama puluhan tahun, ada pergeseran dalam beberapa tahun terakhir. Modernisasi telah memberikan dampak pada cara pernikahan dirayakan, namun tanpa melanggar batas dan norma yang sudah ada.

Sebagai contoh, dalam tradisi nishan, keluarga pengantin pria akan memberikan hadiah kepada pengantin wanita, yang bisa berupa emas, perhiasan, atau bahkan pakaian. Dalam beberapa kasus, acara ini bahkan telah berpindah dari rumah ke hotel mewah atau lokasi outdoor seperti pantai atau taman.

Menariknya, meskipun banyak tantangan, tradisi pernikahan di Irak tetap kuat dan menjadi bagian integral dari identitas budaya mereka. Dari pemilihan warna gaun pengantin hingga perayaan al-sab’a tujuh hari setelah pernikahan, setiap elemen memiliki makna mendalam dan mencerminkan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat Irak.

Sementara tantangan ekonomi dan sosial mempengaruhi cara masyarakat Irak merayakan pernikahan, kekayaan tradisi mereka tetap menjadi sumber kebanggaan dan kekuatan di tengah perubahan zaman.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Read More