JURNALKALTIM.COM – Danau Toba, salah satu keajaiban alam Indonesia yang terbentang megah di Sumatera Utara, kini tengah menghadapi tantangan serius yang mengancam statusnya sebagai UNESCO Global Geopark.
Danau ini merupakan danau vulkanik terbesar di Indonesia, bahkan di dunia, telah menjadi daya tarik utama bagi para wisatawan mancanegara maupun domestik yang ingin menikmati keindahan alam Indonesia yang luar biasa.
Pesona Keindahan di Danau Toba, Sumatera Utara
Danau Toba ini memiliki panjang mencapai 100 kilometer, lebar 30 kilometer, dan kedalaman mencapai 508 meter, menjadikannya salah satu keajaiban alam yang tak tertandingi.
Terletak di kaldera gunung supervolcano di Pulau Sumatera bagian utara, danau ini memanjakan mata dengan hamparan pemandangan alam yang spektakuler dan memukau. Ketinggiannya mencapai sekitar 900meter di atas permukaan laut, menjadikannya salah satu danau tertinggi di dunia.
Pesona danau vulkanik ini tidak hanya terbatas pada keindahan alamnya saja. Kawasan ini juga menawarkan berbagai kegiatan wisata, termasuk berkemah, glamping, dan kunjungan ke desa-desa tradisional yang unik dan mempesona. Semua ini menjadikan Danau Toba sebagai tujuan wisata yang sangat menarik bagi pengunjung di seluruh dunia.
Pada tahun 2020, Danau Toba mendapatkan pengakuan dari UNESCO menjadi bagian dari Global Geopark. Pengakuan ini merupakan bentuk apresiasi atas keunikan geologi dan ekologi kawasan ini, serta upaya pelestarian alam yang dilakukan oleh pemerintah setempat dan Indonesia.
Ancaman terhadap Status UNESCO Global Geopark

Sumber : AP/Christophe Ena
Namun, sayangnya baru-baru ini, status Global Geopark Danau Toba mengalami goncangan serius. UNESCO telah mengeluarkan peringatan berupa “kartu kuning” kepada lima destinasi di dunia, salah satunya Danau Toba.
Tindakan ini dilakukan sebagai bagian dari prosedur validasi ulang yang dilakukan setiap empat tahun sekali oleh UNESCO, tujuannya adalah untuk memastikan kualitas dan keberlanjutan kawasan wisata tersebut.
Penyebab pemberian “kartu kuning” ini adalah karena danau vulkanik ini dianggap belum mencapai standar yang diharapkan oleh UNESCO. Beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan ini termasuk Sumber Daya Manusia (SDM), kebersihan kawasan, dan masalah ekonomi di sekitar Danau Toba.
Tanggapan dan Upaya Pemerintah Terhadap Keputusan UNESCO
Dilansir dari sebuah video yang beredar di media sosial pada 25 September 2023, Kepala Dinas Pariwisata Sumatera Utara, Zumri Sulthony, memberikan tanggapannya terkait peringatan dari UNESCO mengenai status Global Geopark bagi Danau Toba.
“Kenapa bisa terjadi? Karena ternyata ini banyak faktor, kalo kita lihat, jadi bukan hanya disebut badan pengelolaan saja, jadi apa yang terjadi di lapangan juga tentunya banyak kaitannya di dalam, baik itu pemberdayaan masyarakatnya bahkan sampai yang sederhana sektor kebersihannya juga menjadi perhatian,” jelas Zumri.
UNESCO memberikan waktu dua tahun kepada pengelola Danau Toba untuk memenuhi standar yang telah ditetapkan. Jika dalam waktu tersebut standar tersebut tidak tercapai, maka status Global Geopark Danau Toba bisa dicabut oleh UNESCO.
Meskipun statusnya terancam, hal ini tidak berarti bahwa Danau Toba akan kehilangan daya tariknya sebagai tujuan wisata. Wisatawan tetap bisa menikmati pesona alam dan budaya kawasan ini, dan dinamika pariwisata tetap akan berlanjut seperti biasa.
Melalui akun Instagram @danautobakaldera, terlihat bahwa kondisi Danau Toba masih sangat asri dan hijau. Pemandangan air terjun yang diselimuti embun pagi juga tetap memukau, menjadikannya destinasi yang tak boleh dilewatkan bagi siapa pun yang ingin merasakan keindahan alam Indonesia.
Pemerintah pun merespons dengan serius ancaman terhadap status Danau Toba. Aparat pemerintahan berjanji untuk melakukan perbaikan yang diperlukan guna memenuhi standar UNESCO.
Jimmy Bernando Panjaitan, Direktur Badan Otorita Danau Toba (BPODT), mengungkapkan bahwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara akan mencari sumber daya manusia yang muda dan aktif dalam waktu dekat. Selain itu, pihaknya akan mengembangkan produk wisata berbasis geotrail dan ekowisata untuk meningkatkan daya tarik kawasan ini.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, juga memberikan tanggapannya terhadap peringatan dari UNESCO ini. Ia menyebutnya sebagai “wake up call” bagi semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan Danau Toba.
Sandiaga Uno berkomitmen untuk bekerja sama dengan semua pihak guna memastikan Danau Toba memenuhi semua standar yang diperlukan untuk mempertahankan statusnya sebagai UNESCO Global Geopark.
Peran Masyarakat dalam Melestarikan Destinasi Alam
Sebagai masyarakat yang peduli terhadap kelestarian alam dan pariwisata Indonesia, kita juga memiliki peran dalam menjaga kebersihan tempat wisata, terutama saat berkunjung ke danau vulkanik terbesar di Indonesia ini.
Dengan bersama-sama menjaga dan melestarikan keindahan alam ini, kita dapat membantu Danau Toba tetap mempertahankan statusnya sebagai salah satu warisan dunia yang membanggakan bagi Indonesia.
Semua orang diharapkan dapat bersatu dalam upaya pelestarian dan pengembangan danau vulkanik ini agar tetap menjadi destinasi wisata unggulan yang memikat hati para pengunjung.