24.1 C
Samarinda
Kalimantan TimurKutai BaratCegah Stunting: Dinkes Kaltim Minta Puskesmas dan Posyandu Jemput Bola untuk Pemberian...

Cegah Stunting: Dinkes Kaltim Minta Puskesmas dan Posyandu Jemput Bola untuk Pemberian Gizi

Kalimantan Timur, JURNALKALTIM.com – Tingginya prevalensi stunting di Kalimantan Timur menjadi perhatian serius bagi Dinas Kesehatan Provinsi tersebut. Fakta bahwa prevalensi stunting di daerah ini mengalami kenaikan sekitar 1,1 persen dalam dua tahun terakhir. Dinkes Kaltim lakukan berbagai upaya untuk cegah stunting yang mengalami kenaikan ini.

Hasil dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 dan 2022 yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan menunjukkan kenaikan kasus stunting di Kabupaten/Kota Se-Kaltim. Adanya peningkatan sebesar 23,9% pada tahun 2022 dari angka 22,8% pada tahun 2021 mengindikasikan perlunya langkah-langkah konkret untuk mengatasi masalah ini.

Tindakan yang bersifat holistik dan melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan lembaga kesehatan, diperlukan untuk mengatasi masalah stunting ini secara efektif. Adanya kolaborasi yang baik ini harapannya dapat menurunkan presentasi kasus stunting di Kalimantan Timur.

Kabupaten Kutai Barat Mengalami Peningkatan Prevalensi Stunting Tertinggi dengan Naik 7,1 Persen

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kaltim, Fit Nawati menyampaikan bahwa Kabupaten Kutai Barat merupakan daerah dengan peningkatan prevalensi stunting tertinggi. Dari angka 15,81 persen di tahun 2021, angka tersebut meningkat menjadi 23,1 persen di tahun 2022, atau mengalami peningkatan sebesar 7,1 persen.

Cegah Stunting, Dinkes Kaltim, Pertumbuhan bayi dan balita
Cegah Stunting Dinkes Kaltim Minta Puskesmas dan Posyandu Jemput Bola untuk Pemberian Gizi

Hal ini menunjukkan bahwa daerah ini memerlukan perhatian khusus dalam upaya pencegahan stunting. Upaya pencegahan stunting yang lebih intensif perlu dilakukan untuk mengedukasi masyarakat, terutama para ibu hamil dan balita, tentang pentingnya gizi yang seimbang dan asupan nutrisi yang cukup selama periode pertumbuhan awal.

Disamping itu, perlu adanya upaya peningkatan kesadaran dan partisipasi dalam program-program kesehatan. Salah satunya seperti pemantauan perkembangan anak di posyandu serta distribusi tablet tambah darah (TTD) juga perlu ditingkatkan.

Fit Nawati menegaskan bahwa peningkatan angka prevalensi stunting harus menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan masyarakat. Dalam hal ini, perhatian terhadap gizi pada ibu sebelum dan selama masa kehamilan, serta gizi pada anak usia 6 sampai 2 tahun, merupakan hal yang sangat penting.

Kurangnya Minat Para Ibu Melakukan Pemantauan Pertumbuhan Bayi dan Balita di Posyandu Menjadi Faktor Peyebab Tingginya Stunting

Menurut Fit Nawati, faktor utama yang menyebabkan peningkatan angka stunting adalah kurangnya minat para ibu untuk melakukan pemantauan pertumbuhan bayi dan balita secara rutin di posyandu atau puskesmas. Akibatnya, anak-anak tersebut kurang mendapatkan penanganan yang tepat pada fase pertumbuhan awal yang sangat krusial.

Fit Nawati mengajak semua pihak terutama puskesmas dan posyandu untuk lebih aktif dalam mengadopsi sistem “jemput bola”. Sistem ini akan memastikan bahwa anak-anak dan ibu hamil mendapatkan perawatan dan pemantauan secara teratur, tanpa harus bergantung pada inisiatif ibu untuk datang ke fasilitas kesehatan.

Dinkes Kaltim menghimbau pemerintah dan masyarakat juga perlu bekerja sama dalam mengedukasi ibu-ibu tentang pentingnya perawatan kesehatan sejak masa kehamilan hingga masa pertumbuhan awal anak, untuk mencegah dan mengurangi kasus stunting di Kalimantan Timur.

Cara Cegah Stunting yang Bisa Dilakukan Sejak Dini

Cara pencegahan stunting pada anak memerlukan perhatian dan tindakan yang komprehensif. Berikut ini adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk mencegah stunting pada anak:

1.      Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Memberikan ASI kepada bayi sesegera mungkin setelah lahir, dalam satu jam pertama.

2.      ASI Eksklusif

Memberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan pertama, artinya hanya memberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman lain.

3.      MPASI yang Optimal

Setelah usia 6 bulan, memberikan makanan pendamping ASI (MPASI) yang kaya akan nutrisi, termasuk makanan beragam dengan zat gizi yang diperlukan oleh bayi.

4.      Pemenuhan Gizi yang Cukup

Pastikan anak mendapatkan asupan nutrisi yang cukup, termasuk protein,  vitamin A, vitamin D, kalsium, zat besi, mineral, dan zat gizi lainnya.

5.      Perhatikan Kesehatan Anak

Segera tangani penyakit atau kondisi medis yang dialami anak agar tidak mempengaruhi nafsu makan dan penyerapan nutrisi.

6.      Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan

Melakukan pemantauan rutin terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak di posyandu atau fasilitas kesehatan setempat.

Dengan berbagai usaha ini, pertumbuhan dan perkembangan anak akan terpantau dengan baik. Sehingga bisa mengurangi kasus stunting yang begitu tinggi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Read More