Kalimantan Timur, Jurnalkaltim.com – Pengelolaan mangrove di Kaltim termasuk salah satu kegiatan yang kini mulai diprioritaskan karena perannya sangat penting. Karena itu berbagai acara terus diadakan seperti yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) ini. Di acara itu, banyak sekali pembahasan yang hubungannya terkait tata kelola dan rehabilitasi mangrove di Kalimantan Timur.
Mengenal Mangrove
Mangrove adalah sejenis tumbuh-tumbuhan yang ada berkaitan dengan hubungan taksonomi sampai dengan taksa kelas (unrelated families). Lalu untuk jenis atau marganya tergolong Dicotyledoneae dan atau Monocotyledoneae
Mangrove juga lebih banyak berkembang di daerah yang memiliki pasang surut pantai khususnya yang berlumpur. Mangrove juga lebih identik dengan hutan karena disanalah habitatnya.
Di area pantai, mangrove begitu dibutuhkan untuk melindungi sekitar pantai dari erosi atau gelombang pantai yang tinggi. Mangrove bisa menahan itu karena memiliki akar yang kuat sehingga mampu menjaga stabilitas tanah.
Lalu fungsi lain dari tanaman ini juga mampu mengendalikan banjir ke daerah tertentu. Pilihan pada tanaman ini karena daya serapnya yang cepat sehingga aliran air ke suatu daerah akan lambat. Jika sudah demikian maka mangrove bisa memperkecil peluang untuk terjadinya banjir di area pesisir atau lainnya.
Kemudian dari penelitian terbaru menyebutkan jika mangrove juga bisa menyerap karbon hingga 3-5 kali lipat dari tanaman lain. Dengan semua kemampuan itu maka mangrove ini lebih gencar untuk dilakukan rehabilitasi khususnya di kegiatan perubahan iklim ini.
Kelebihan tanaman yang bisa menyerap karbon secara cepat bisa digunakan untuk berperan dalam mencapai NDC 2030. Karena itu kini demi memperlancar adanya rehabilitasi maka dibuatlah Badan Restorasi Gambut dan Rehabilitasi Mangrove (BRGM).
Mangrove di Kaltim Perlu di Rehabilitasi Demi Keberlangsungan Ekosistemnya
Salah satu mangrove yang paling banyak di Indonesia diantaranya provinsi Kalimantan Timur. Menurut data regional Director of Asia and Country Representative Planete Urgence Indonesia, Delta Mahakam yang tergolong daerah paling banyak dihuni hutan mangrove. Pulau kecil ini letaknya ada di sekitar Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara.
Dari catatan yang ada, luas mangrove di area itu mencapai 113.503.77 hektar. Sedangkan untuk area vegetasi di Mahakam juga tergolong tinggi dan mencapai level 37,73%
Lalu daerah lain yang juga ada potensi menjaga hutan mangrove terbaru ada Kutai Timur. Menurut Diskominfo Kaltim, daerah ini kini sudah mulai melakukan penanaman mangrove hingga 50 bibit di area Pantai Teluk Lingga.
Untuk mempercepat adanya proses rehabilitasi itu maka DLH menggelar acara di antaranya Focus Group Discussion (FGD). Dalam kegiatan itu fokusnya memang di tata kelola dan rehabilitasi mangrove di Kaltim.
Pada acara itu, Zarathustra Rahmi selaku Menurut Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan DLH mengatakan jika penekanan kegiatan ini lebih ke hutan mangrove di Kaltim. Ia ini ada peningkatan dari sisi perencanaan, kebijakan, implementasi, pemantauan hingga evaluasinya kedepan.
“Edukasi masyarakat tentang pentingnya mangrove dan peran mereka dalam pelestariannya, juga krusial dalam menjaga keberlanjutan menuju restorasi yang sedang diupayakan oleh pemerintah Kaltim,” ujar Zahratus
Ia melakukan kegiatan itu karena memiliki mandat langsung dari Presiden RI agar meningkatkan rehabilitasi mangrove di Kaltim. Menurut presiden, total hutan mangrove di Indonesia sekitar 600 ribu hektar dan rehabilitasinya harus berlangsung di 2021-2024. Selain itu, Presiden juga menekankan jika salah satu provinsi yang dipilih diantaranya Kalimantan Timur.
“Dalam mewujudkan mandat tersebut, pemerintah telah memfokuskan rehabilitasi mangrove di 9 provinsi prioritas termasuk Provinsi Kalimantan Timur,” katanya.
Menurutnya proses rehabilitasi mangrove di Kaltim telah melibatkan berbagai pihak dari segala elemen kemasyarakatan. Pihak-pihak itu seperti kalangan swasta, pemerintah, non pemerintah dan yang lainnya. Bahkan mereka juga ikut andil dalam proses perencanaan hingga evaluasi rehabilitasi mangrove di Kaltim.
“Tata kelolanya harus terus berkelanjutan dan melibatkan pihak-pihak terkait dalam jangka panjang. Agar dapat menjaga keberlanjutan ekosistem mangrove yang direstorasi,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Zahratus juga menyampaikan jika di acara itu sudah dihadiri dua pembicara handal terkait mangrove. Keduanya Aditya Irawan selaku Akademisi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman dan Agung Rusdiyatmoko selaku Kepala Pokja Rehabilitasi Mangrove Wilayah Kalimantan dan Papua.
(ADV/EL/DISKOMINFOKALTIM).