Kalimantan Timur, JURNALKALTIM.com – BPBD Kaltim berikan edukasi tentang penanggulangan bencana alam kepada anak-anak dari PAUD Cakrawala Kaki Langit. Hadir sejumlah 36 anak-anak yang didampingi oleh orang tuanya beserta 5 perwakilan guru.
Mengedukasi Penanggulangan Bencana Alam Sedini Mungkin
Puluhan anak dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Cakrawala Kaki Langit berkunjung ke kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalimantan Timur. Kantor BPBD berlokasi di Jalan MT. Haryono No. 46, Air Putih, Kecamatan Samarinda Ulu, Samarinda. Kunjungan ini terkait dengan program edukasi penanggulangan bencana alam, dengan tujuan anak-anak dapat memahaminya sejak dini.
Sugeng Priyanto, Kepala Bidang Analis Kebijakan Ahli Muda, mengatakan bahwa BPBD Kaltim memiliki program khusus yang memang memberikan edukasi terhadap anak-anak. “Kami berharap anak-anak, guru, serta orang tua yang mendampingi dapat mengenal BPBD, serta mengetahui tentang kebencanaan. Mulai dari pra bencana, saat bencana, dan pasca bencana,” ujar Sugeng. Program edukasi penanggulangan bencana alam ini diharapkan dapat terus dilaksanakan dengan mengundang lembaga pendidikan yang lain.
Selain itu, pihak BPBD juga mensosialisasikan cara pertolongan pertama pada korban yang mengalami patah kaki. Penanggulangan bencana alam yang dipraktikkan berupa simulasi jika terjadi gempa bumi, apa yang harus dilakukan dan bagaimana bersikap tenang. Serta pengenalan peralatan PB milik BPBD Provinsi Kaltim seperti flying fox dan mini wall climbing.
Pengertian PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)
PAUD adalah jenjang pendidikan sebelum memasuki tingkatan sekolah dasar (SD). PAUD juga bisa diartikan sebagai suatu upaya pembinaan pendidikan yang ditujukan bagi anak sejak balita sampai dengan usia enam tahun. Dilakukan dengan tujuan untuk membantu tumbuh kembang jasmani dan rohani anak serta memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi.
PAUD lebih menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan enam perkembangan anak, yaitu:
- Fisik motorik
- Kognitif
- Sosial dan emosional
- Bahasa
- Agama dan moral
- Seni
Terdapat dua tujuan atas diselenggarakannya PAUD, yaitu tujuan utama dan tujuan penyerta. Tujuan utama adalah membentuk anak Indonesia yang berkualitas, atau anak dengan tumbuh kembang yang sesuai dengan tingkat pertumbuhannya. Sehingga nantinya memiliki kesiapan yang optimal dalam memasuki pendidikan sekolah dasar hingga menghadapi kehidupan masa dewasa.
Sedangkan tujuan penyerta adalah membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan akademis saat di sekolah nanti. Tujuannya agar dapat mengurangi angka putus sekolah dan mampu bersaing secara sehat di jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1, rentang anak usia dini adalah 0 sampai 6 tahun. Sementara di beberapa negara lain, PAUD dilaksanakan dalam rentang usia 0-8 tahun. Rentang usia PAUD terdiri dari empat bagian, yaitu:
- Bayi (0-1 tahun)
- Balita (2-3 tahun)
- Kelompok bermain dan taman kanak-kanak (3-6 tahun)
- Sekolah Dasar (SD) kelas awal (6-8 tahun)
Mitigasi Bencana, Belajar dari Jepang
Di Jepang, tercatat kurang lebih 5.000 gempa bumi yang terjadi setiap tahunnya. Program penanggulangan bencana alam juga dilakukan secara rutin di Negeri Sakura. Simulasi bencana khususnya gempa bumi diadakan mulai dari tingkat sekolah dasar.
Jika suatu saat terjadi gempa bumi ketika berada di kelas, anak-anak diajari untuk berlindung di bawah meja dan berpegangan pada kaki meja sampai guncangan selesai. Setelahnya, guru akan membimbing muridnya satu persatu keluar dari gedung sekolah, dan memanggil setiap nama siswanya untuk memastikan semuanya aman dan selamat. Selain itu, jika ada gempa tapi terjadi di tengah lapangan, anak-anak dilatih untuk berkumpul di tengah lapangan dan pergi menjauh dari bangunan.
Anak-anak di Jepang juga dilatih untuk mengikuti jalur evakuasi mulai dari lantai atas menuju ke lantai dasar. Simulasi juga diterapkan dengan mengajak siswa-siswi untuk membayangkan jika terjadi kebakaran susulan setelah gempa bumi. Mereka dilatih sejak dini dalam mencari dan menggunakan tangga darurat agar bisa keluar dari sekolah dengan selamat.
Lokasi simulasi kebakaran selalu dibuat berbeda, sehingga anak-anak dapat mengantisipasi setiap kemungkinan yang bisa terjadi. Para guru dan siswa juga bisa mempelajari tentang bagaimana cara mengoperasikan alat pemadam api melalui video. Program penanggulangan bencana alam seperti inilah yang harus ditiru oleh Indonesia dengan mengedukasi mulai sejak dini. (ADV/NDA/BPBDKALTIM)