24.1 C
Samarinda
Kalimantan TimurDinkes Kaltim Waspadai 24 Penyakit Menular Berpotensi KLB

Dinkes Kaltim Waspadai 24 Penyakit Menular Berpotensi KLB

SAMARINDA, JURNALKALTIM.com – Dinkes Kaltim wapadai 24 jenis penyakit menular yang berpotensi KLB di tengah musim kemarau. Bukan tidak mungkin, potensi terhadap timbulnya penyakit saat musim kemarau masih tetap ada sebagaimana disebutkan oleh Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalimantan Timur (Kaltim).

Penyakit yang Berpotensi KLB

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah istilah yang digunakan untuk mengklasifikasikan sebuah peristiwa, dimana peristiwa tersebut terjadi secara mengejutkan, singkat, dan menular seperti wabah di suatu wilayah sehingga menimbulkan kepanikan di tengah masyarakat.

Klasifikasi KLB ini bahkan telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010. Dalam peraturan ini, pemerintah membahas tentang jenis penyakit menular tertentu yang berpotensi menimbulkan wabah sekaligus pembahasan terkait upaya penanggulangannya.

Penyakit Menular
Kepala Dinkes Kaltim Jaya Mualimin

Kepala Dinkes Kaltim Jaya Mualimin mengatakan, pihaknya tetap meningkatkan kewaspadaan terjadap timbulnya penyakit di tengah musim kemarau yang diperkirakan akan terjadi hingga bulan Oktober 2023 mendatang. Kewaspadaan ini dilakukan sebab masih ada kemungkinan munculnya bibit-bibit penyakit yang tergolong KLB.

Jaya Mualimin membeberkan terkait sejumlah penyakit menular yang harus diwaspadai masyarakat saat musim kemarau seperti diare, campak, DBD, difteri hingga ISPA. Ia menegaskan agar masyarakat melakukan deteksi dini dan melakukan antisipasi terhadap jenis penyakit tersebut karena memiliki resiko menjadi KLB.

“Satu kita memang menguatkan dulu lembaga kita sendiri, kewaspadaan dini dan respon kita kuatkan di kemarau ini dengan mendeteksi 24 penyakit yang berpotensi KLB terutama muncul di musim kemarau ya, seperti kolera, diare, penyakit mata, infeksi saluran nafas nah ini kita antisipasi ya, karna itu yang memiliki resiko menjadi KLB,” ucapnya.

Sementara itu, sejumlah penyakit yang berpotensi KLB juga kerap dialami oleh masyarakat, diantaramya Kolera, Pes, Polio, Pertusis, Leptospirosis, Chikungunya, Flu Burung pada manusia, Flu Burung pada unggas, AFP (Lumpuh Layu Akut), Meningitis/Encefalitis, Tetanus Neonatorum, Keracunan Makanan, Antraks, Gigitan hewan penular rabies, dan Kluster penyakit yang tidak diketahui lainnya.

Upaya penanggulangan Penyakit Menular KLB

Dinkes Kaltim mengungkapkan bahwa pihaknya mengupayakan penanggulangan terhadap terjadinya penyakit yang berpotensi KLB. Ia mengatakan bahwa telah mengadakan rapat koordinasi (rakor) di seluruh kabupaten dan kota yang ada di Kalimantan Timur sebagai langkah pencegahan yang dilakukan secara terpadu, lintas program, dan lintas sektor antara Pemerintah dan masyarakat.

Tercatat, beberapa langkah yang dilakukan pemerintah dalam penanggulangan penyakit menular KLB secara terpadu meliputi penyelidikan epidemiologis, penatalaksanaan penderita yang mencakup kegiatan pemeriksaan, pengobatan, perawatan, isolasi, termasuk tindakan karantina, pencegahan dan pengebalan, pemusnahan terhadap penyebab penyakit, penanganan jenazah akibat wabah, dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat.

Selain itu, langkah terakhir yang dapat dilakukan pemerintah dalam mengatasi persoalan ini dilakukan dengan cara meliburkan sekolah untuk sementara waktu, menutup
fasilitas umum dalam jangka waktu tertentu, melakukan pengamatan secara
intensif/surveilans selama terjadi KLB serta melakukan evaluasi terhadap
upaya penanggulangan secara keseluruhan.

Di waktu yang berbeda, Jaya Mualimin menghimbau masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat dan mencukupi kebutuhan cairan di dalam tubuh. Pasalnya, musim kemarau seringkali memicu resiko dehidrasi terutama saat beraktivitas di luar ruangan.

“Masyarakat perlu menjaga pola hidup bersih, mencukupi kebutuhan cairan dalam tubuh, mencuci tangan saat makan dan minum, serta berolahraga secara teratur. Tapi, hindari aktivitas olahraga di bawah terik sinar matahari,” ujarnya.

Lebih lanjut, Jaya menyebut pihaknya seringkali mendapatkan laporan terkait masyarakat yang terinfeksi penyakit diare selama musim kemarau. Ia mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang memicu terjadinya penyakit menular itu yakni disebabkan oleh sulitnya mendapatkan air bersih.

“Kami menerima laporan mengenai beberapa dampak kesehatan di musim kemarau, terutama diare yang disebabkan oleh kesulitan mendapatkan air akibat kekeringan,” ujar Jaya.

Sebagai informasi, Jaya memberikan perhatian khusus pada beberapa daerah di Kalimantan Timur yaitu Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur, dan Berau. Menurutnya, ketiga wilayah tersebut membutuhkan layanan khusus sebab wilayahnya yang jauh dari pusat pelayanan kesehatan.

(ADV DINKES KALTIM//AG)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Read More