SAMARINDA, JURNALKALTIM.com – SMKN 6 Berau berhasil meraih penghargaan inovasi daerah dengan mengusung teknologi agen hayati sebagai bahan penelitian. Hasilnya, sekolah yang berada di Kecamatan Gunung Tabur, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur (Kaltim) itu pun sukses mendapatkan nilai tertinggi sekaligus menemukan lima jenis pupuk dan pestisida organik yang dapat dijadikan sebagai pilihan alternatif bagi para petani.
Lomba Inovasi Daerah : SMKN 6 Berau Bekerjasama dengan PT BUMA
Pada gelaran upacara peringatan HUT Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang ke-78 tahun, Bupati Berau Sri Juniarsih bersama Wakil Bupati Gamalis memberikan penghargaan kepada SMKN 6 Berau atas dedikasinya dalam mengikuti lomba inovasi daerah Kabupaten Berau 2023.

Lewat ajang tersebut, SMKN 6 Berau berhasil meraih nilai tertinggi dalam kategori sekolah menengah dengan mengusung teknologi agen hayati. Teknologi ini biasa dikenal dengan istilah agens pengendali hayati yang berarti pemanfaatan organisme berupa protozoa, serangga, bakteri, cendawan, virus atau organisme lainnya sebagai pengganti pestisida, insektisida, maupun pupuk kimia.
Dalam pengembangannya, SMKN 6 Berau diketahui bekerjasama dengan PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA). Guru SMKN 6 Berau sekaligus Tim Laboratorium, Ardiansyah mengatakan bahwa teknologi agen hayati yang tengah dikembangkan merupakan inovasi pertama dan satu-satunya yang ada di Kabupaten Berau.
Ardiansyah menyampaikan bahwa penelitian tersebut telah dilakukan sejak tahun 2022 lalu. Kemudian lewat kompetisi ini, pihaknya akhirnya mendatangkan dosen dari Universitas Brawijaya, Malang, Fery Abdul Choliq untuk membimbing pengembangan pupuk organik tersebut.
“Pakar mikroba itu kemudian membimbing pengembangan pupuk organik di SMK 6 selama beberapa bulan. Infrastruktur untuk pengembangan teknologi seperti laboratorium dibangun dan bahan baku juga disiapkan,” ungkapnya pada Senin (21/08/2023).
Diketahui, bahan baku yang digunakan dalam penelitian tersebut berupa mikroba bernama isolat. Bahan baku tersebut ditemukan oleh tim nya di lahan pertanian yang ada di Kampung Merancang, Kecamatan Gunung Tabur, dan telah diteliti di Malang. Selain itu, ada pula bahan baku lainnya berupa ekstrak kedelai sebagai bahan campuran pupuk organik dan biopestisida.
Dari penelitian yang melibatkan empat siswa SMKN 6 Berau tersebut, pihaknya kemudian memperoleh komposisi yang sempurna, dimana dari tiga kilogram kedelai yang telah diekstraksi mampu menghasilkan 100 liter pupuk organik cair.
“Dari setiap 3 kilogram kedelai yang menghasilkan 8–10 liter ekstrak kedelai, diperoleh 100 liter pupuk organik cair. Pupuk tersebut kemudian diuji di berbagai tanaman hortikultura. Hasilnya memuaskan,” imbuhnya.
Bukan hanya itu, tim peneliti dari SMKN 6 Berau juga mampu menciptakan lima jenis teknologi agen hayati berupa pupuk dan pestisida organik. Kelima jenis tersebut diantaranya Accelerator, Biotest, Bio 6rowth, Bisa, dan Subur, yang tergolong pupuk organik, bioinsektisida, dan biopestisida.
Teknologi Agen Hayati Jadi Angin Segar untuk Petani
Lewat penelitian yang dilakukan oleh tim SMKN 6 Berau, Ardiansyah mengungkapkan bahwa pihaknya akan melibatkan lebih banyak siswa dalam pengembangan inovasi tersebut. Dari yang awalnya hanya empat siswa, ia bahkan mentarget hingga puluhan siswa sebagai upaya meningkatkan produksi pupuk tersebut.
“Selanjutnya, empat siswa dari setiap kelas dilibatkan di laboratorium. Produksi bisa ditingkatkan,” sambungnya.
Terlebih, Ardiansyah mengatakan bahwa penemuan ini dapat dijadikan alternatif terbaik bagi para petani karena harga pupuk yang relatif murah dan kualitas pupuk yang tidak perlu diragukan. Hal ini pun ditunjukkannya lewat hasil uji coba pupuk yang mampu memacu pertumbuhan beberapa tanaman hortikultura seperti buah naga, terong, dan sayuran.
Sementara itu, Kepala SMK 6 Berau, Johny Molantong berharap agar pengembangan teknologi agen hayati tersebut dapat membawa angin segar bagi para petani. Saat harga pupuk di luaran masih sangat tinggi, para petani dapat menjadikan penemuan ini sebagai solusi dari permasalahan tersebut.
” Semoga ini bisa menjadi solusi bagi para petani, dalam mencari pupuk yang terjangkau dengan kualitas yang baik,” tutupnya.
(Adv//Disdikbudkaltim//Sik)