24 C
Samarinda
NasionalHimbauan Gubernur Bali Untuk Jangan Nonton Film Upin Ipin Memicu Polemik

Himbauan Gubernur Bali Untuk Jangan Nonton Film Upin Ipin Memicu Polemik

Nasional, JURNALKALTIM.COM – Koster menghimbau jangan nonton film Upin Ipin, Gubernur Bali tersebut merasa bahwa Bali memiliki kekayaan budaya dan adat yang sarat pesan – pesan moral, lelaki berumur 60 tahun itu menyebutkan Jayaprana dan Layonsari film yang sarat akan budaya Bali.

“Apa itu yang dari Malaysia itu, Upin-Ipin ya. Jangan lagi nonton itu, enggak jelas itu apa, lebih baik bangun produksi yang berangkat pada tradisi dan budaya kita,” terang I Wayan Koster, mengutip dari Kompas, Selasa (15/08/2023).

Gubernur Bali Memicu Polemik dengan Seruan Untuk Jangan Nonton Upin Ipin

Upin ipin, cerita rakyat, gubernur bali
Gubernur Bali I Wayan Koster
Sumber Gambar : Redaksi 9

Pidato berisi himbauan “jangan nonton Upin Ipin” yang merupakan film animasi Malaysia ini disampaikan ketika menghadiri acara penyerahan hadiah lomba esai tentang film Jayaprana Layonsari di Wantilan Kantor DPRD Bali, Senin (14/8/2023).

Awalnya politikus PDIP yang sudah menjabat menjadi gubernur sejak 5 September 2018 itu mengatakan bahwa, Bali tidak memiliki beragam kekayaan alam seperti tambang, emas, batubara dll. Namun Koster mengungkapkan rasa syukurnya karena Bali dinilai suatu wilayah sakral yang memiliki kekayaan adat, budaya serta kearifan lokal yang mendunia. Inilah yang membuat masyarakat Bali terbukti sangat survive dan sejahtera di segala kondisi, ungkapnya. 

Koster menghimbau kepada para generasi muda agar tetap berkontribusi melestarikan budaya Bali, meskipun seiring waktu teknologi dan kehidupan semakin modern dan secanggih apapun, warisan budaya dan kearifan lokal Bali tetap harus dilestarikan. 

Lelaki yang sebentar lagi akan berakhir masa jabatannya itu mengajak anak-anak dan para pemuda untuk menonton film Jayaprana dan Layonsari, dalam film tersebut menceritakan tentang kehidupan dan budaya Bali. 

“Adik-adik saya menghimbau agar kalian semua menonton film Jayaprana, agar kalian terinspirasi untuk menjalani kehidupan yang baik. Dan secara tidak langsung turut mensejahterakan kota ini agar lebih sejahtera dan semakin dikenal penjuru dunia,” Ungkapnya. 

Koster merasa bahwa film Upin Ipin sangat tidak menunjukan nilai-nilai dan budaya Indonesia khususnya Bali, dari mulai karakter tokoh, kebiasaan dan nilai yang ditayangkan. Ia menuturkan bahwa film memang sarana terbaik untuk memperkenalkan budaya suatu negara atau wilayah, maka dari itu Koster sangat menekankan agar produksi film-film lokal lebih digencarkan. Dan terus mendukung film-film lokal demi kemajuan dan kesejahteraan Bali. 

Film Upin Ipin dan Animasi Negeri Tetangga Lebih Dulu Mendominasi

Film Upin Ipin, yang tayang di Indonesia sejak Agustus 2009 ini mengundang perhatian warga Indonesia di awal kemunculannya. Selain kualitas animasi yang bagus pada zamannya, kala itu masih jarang sekali film animasi dengan nuansa budaya melayu. Berlatar kampung sederhana di Malaysia, serta interaksi antar tokoh yang unik menjadi daya tarik tersendiri dari film Upin Ipin. Bahkan tak jarang orang yang menontonnya spontan berlogat melayu bak tokoh di Upin Ipin.

Tidak bisa dipungkiri, tayangan serial film animasi dari negeri tetangga seperti film Upin Ipin, Boboboy, dan lain lain memang sudah sangat lama menarik perhatian khususnya anak-anak. Koster pun sebenarnya tidak serta merta melarang keras untuk menonton. Namun di sini lebih menekankan untuk juga menonton film- film atau cerita rakyat dari Bali. Karena ia merasa bahwa sektor pariwisata Bali adalah tulang punggung, dan masyarakat akan mendukung selagi selaras dengan norma dan adat budaya Bali.

Cerita Rakyat Jayaprana dan Layonsari, Bagaimana Kisahnya?

Cerita rakyat yang menceritakan tentang cinta sejati, Jayaprana Loyansari berkisah tentang seorang yatim piatu bernama Jayaprana sebagai abdi istana yang setia. Ketika Jayaprana berusia 12 tahun, sang raja meminta untuk segera menikah dengan salah satu gadis yang diimpikannya. Lalu Jayaprana telah menjatuhuhkan hati kepada Ni Layonsari yang merupakan putri Jero Bendesa dari Banjar Sekar. 

Lalu Raja mengirimkan surat kepada Banjar Sekar dan mengutarakan niatnya untuk menikahkan Jayaprana dan Loyansari. Namun disinilah konflik dimulai, ternyata sang raja juga ikut terpesona dengan Loyansari saat melihatnya dalam upacara pernikahan. 

Raja kemudian memikirkan strategi agar bagaimana caranya si Jayaprana dan Loyansari segera berpisah. Tujuh hari menikah masih dalam honeymoon period, tiba-tiba, raja mengutus Jayaprana untuk pergi ke Teluk Terima untuk menyelidiki perahu yang hancur. 

Di tempat itulah Jayaprana dibunuh oleh seseorang atas permintaan raja. Kematian menjadi berita buruk yang sangat menyisakan kesedihan bagi Loyansari, tak kuat dengan penderitaan, Layonsari memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Kabar kematiannya sampai pada Raja, ia pun turut sedih dan akhirnya menyusul perempuan yang dicintainya tersebut.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Read More