25.5 C
Samarinda
Kalimantan TimurPustaka Borneo : Sarana Literasi Keunggulan Budaya Milik DPK Kaltim

Pustaka Borneo : Sarana Literasi Keunggulan Budaya Milik DPK Kaltim

SAMARINDA, JURNALKALTIM.com – Pustaka Borneo menjadi salah satu inovasi yang berhasil dikembangkan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) melalui kreativitas anak negeri. Kehadiran aplikasi Pustaka Borneo tersebut menjadi sarana literasi yang menyajikan keunggulan budaya dan etnis di Pulau Kalimantan.

Terpilihnya Kaltim Sebagai Center of Excellent

Melalui Surat Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional RI Nomor 78a tahun 2011, Kaltim menjadi salah satu dari enam provinsi yang berhasil menyandang status sebagai Center of Excellent. Tim tersebut pun bertugas untuk menggali informasi terkait keunggulan budaya maupun etnis di suatu wilayah.

Selain penyerahan penghargaan tersebut, Kaltim yang diwakili oleh Kepala DPK Kaltim, Muhammad Syafranuddin juga turut mengikuti sosialisasi terkait Pelestarian Naskah Kuno tahun 2023. Rangkaian acara tersebut pun berlangsung di Perpustakaan Daerah Taman Pintar Tenggarong, Kamis (20/7/2023) lalu dan diikuti oleh Kepala Perpustakaan Provinsi se-Kalimantan, perwakilan organisasi perpustakaan dan mitra perpustakaan di Kaltim.

Pustaka Borneo
Pustaka Borneo : Sarana Literasi Keunggulan Budaya Milik DPK Kaltim

Syafranuddin menyebut, informasi mengenai sejarah, kesenian, dan budaya yang ada di Kaltim sudah sepatutnya diabadikan agar tidak tergerus oleh zaman. Terlebih, ia menyayangkan saat salah satu sejarah milik Kaltim justru tercatat di perpustakaan Belanda.

“Data Putri Petung malah ada di Belanda, tapi sudah diserahkan kepada Pemerintah RI. Dengan data-data itu kita bisa melengkapi cerita sejarah bangsa ini, terutama sejarah di Kaltim,” kata Syafranuddin.

Sebagai Center of Excellent, Kaltim kemudian memiliki fokus terhadap publikasi yang berkaitan dengan budaya di Pulau Kalimantan. Selain melindungi aset negara, Syafranuddin menambahkan bahwa pihaknya mewanti-wanti agar jangan sampai generasi mendatang tidak mengetahui mengenai kekayaan budaya yang ada di daerahnya.

Lebih lanjut, Syafranuddin menegaskan agar skrip maupun budaya kuno yang tengah digali dapat terdokumentasikan dengan tepat, baik melalui karya cetak maupun karya rekam yang memiliki nilai intelektual dan/atau artistik sebagai hasil karya bangsa Indonesia, dan Kalimantan pada khususnya.

“Seperti goa di Sangkulirang itu ada karya yang belum di publish, kita sebagai warga bangsa Indonesia harus tau sejarah-sejarah itu,” tegasnya.

Pustaka Borneo : Sarana Publikasi Kekayaan Budaya di Pulau Kalimantan

Meskipun telah menyandang status sebagai Center of Excellent sejak 2011 lalu, Kepala DPK Kaltim Syafranuddin mengaku bahwa pihaknya belum memiliki upaya pengembangan terkait program yang harus dijalankan. Hingga akhirnya di bulan Agustus 2023 ini, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kaltim pun berhasil menciptakan aplikasi berbasis literasi yang disebut sebagai Pustaka Boneo.

Diketahui, Pustaka Borneo adalah aplikasi yang melibatkan anak-anak Kaltim sendiri sebagai media publikasi dari hasil alih media koran-koran bahari. Kepala Seksi Deposit dan Alih Media DPK Kaltim Fatimah Inry memaparkan bahwa terdapat lima provinsi di Pulau Kalimantan yang memiliki keterikatan dengan aplikasi Pustaka Borneo, diantaranya Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat.

Fatimah menyebut, pengembangan aplikasi tersebut menjadi bentuk pertanggungjawaban DPK Kaltim atas kepercayaan yang diberikan oleh Perpustakaan Nasional (Perpusnas) sebagai Center of Excellent. Ia menjelaskan bahwa apikasi Pustaka Borneo akan menjadi pusat dokumentasi terkait kekayaan budaya lokal yang ada di Pulau Kalimantan.

“Maksud dari penunjukkan itu adalah Kaltim diminta sebagai pusat dokumentasi mengenai keunggulan budaya-budaya di Pulau Kalimantan,” ucapnya saat ditemui beberapa waktu lalu.

Menurut Fatimah, terpilihnya Kaltim sebagai Center of Excellent bukan tanpa alasan, melainkan terdapat banyak penulis di Pulau Kalimantan yang justru bermitra dengan Malaysia dalam mendokumentasikan keunggulan di Pulau Borneo. Hal ini terjadi lantaran Malaysia telah menyiapkan anggaran yang cukup besar bagi siapa saja yang ingin menulis keunggulan terkait Pulau Kalimantan.

Meskipun demikian, tulisan-tulisan tersebut nantinya akan menjadi milik Pemerintah Malaysia. Sehingga, para penulis akan kehilangan hak kepemilikannya. Untuk itu, Perpusnas menilai bahwa Kaltim dianggap lebih nasionalis.

Walaupun memiliki sejumlah hambatan, DPK Kaltim tetap berupaya menghimpun semua buku terbitan yang mencatat terkait keunggulan budaya dan etnis di Pulau Kalimantan. Sehingga, catatan tersebut nantinya akan dipublikasikan melalui aplikasi Pustaka Borneo.

“Tapi sayangnya, buku-buku itu tidak bisa dimiliki penulis, tetapi menjadi milik Pemerintah Malaysia,” pungkasnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Read More