
Kalimantan Timur, JURNALKALTIM.com – Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur tengah mengawasi kemungkinan penularan virus leptospirosis atau penyakit zoonosis oleh tikus. Meskipun tidak mematikan, virus leptospirosis yang dibawa tikus dapat mengakibatkan berbagai penyakit pada manusia.
Jaya Mualimin menjelaskan bahwa virus ini berasal dari empedu tikus, yang menjadi faktor penyebab penularan melalui urin tikus yang tercemar. Hal ini berarti bahwa kita perlu berhati-hati terhadap kencing tikus yang terkontaminasi, karena virus leptospirosis dapat tersebar melalui lingkungan yang tercemar oleh tikus.
Apa Itu Penyakit Zoonosis dan Virus Leptospirosis?
Belum lama ini, Dinas Kesehatan Kalimantan Timur telah melakukan sejumlah penelitian yang berfokus pada penularan virus leptospirosis. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya kasus positif terhadap penyakit ini. Salah satu wilayah yang melaporkan adanya kasus leptospirosis adalah Bontang.
Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Leptospira interrogans. Penyakit ini termasuk dalam kategori zoonosis, yang berarti dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Beberapa hewan yang dapat menularkan leptospirosis meliputi tikus, anjing, dan hewan ternak.

Jaya menjelaskan bahwa penularan virus leptospirosis dapat terjadi karena lingkungan yang kurang sehat. Genangan air yang terkontaminasi oleh urin tikus, bahkan fasilitas MCK umum, dapat menjadi tempat penularan jika tidak dijaga dengan baik.
“Apabila air yang kita minum tercemar kencing tikus, apabila air genangan dari tempat yang kotor kita jadikan MCK bisa menular lewat situ,” ungkap Jaya Mualimin.
Dua Fase Fase Infeksi Leptospirosis
Dalam penyebaran dan masa inkubasi virus leptospirosis memiliki dua fase utama, yaitu sebagai berikut.
Fase leptospiremia (septisemik)
Fase ini terjadi dalam waktu 2 hingga 14 hari setelah tubuh terinfeksi. Pada fase ini, bakteri Leptospira dapat ditemukan dalam darah. Diagnosis pada fase ini dapat dilakukan melalui tes darah.
Fase imun
Pada fase ini, bakteri Leptospira telah menyebar ke berbagai organ tubuh, terutama ginjal yang memproduksi urine. Oleh karena itu, diagnosis leptospirosis pada fase ini biasanya dilakukan melalui tes urine.
Gejala Penyakit Leptospirosis
Gejala leptospirosis dapat bervariasi, mulai dari ringan hingga berat. Gejalanya mencakup demam, nyeri otot, mual, muntah, sakit kepala, dan perut kembung. Dalam beberapa kasus, leptospirosis dapat menyebabkan komplikasi serius seperti gangguan fungsi ginjal, perdarahan, dan gangguan pernapasan.
Pada sebagian besar kasus, gejala muncul dalam waktu 1 hingga 2 minggu setelah terpapar bakteri Leptospira. Gejala-gejala awal yang sering terkait dengan penularan virus leptospirosis meliputi:
- Demam tinggi dan menggigil
Penderita dapat mengalami demam dengan suhu tubuh yang tinggi, serta menggigil akibat demam.
- Sakit kepala
Gejala ini umumnya mengiringi penyakit ini dan dapat bervariasi dalam tingkat keparahannya.
- Mual, muntah, dan hilangnya nafsu makan
Penderita mungkin merasa mual, muntah, dan kehilangan nafsu makan.
- Diare
Diare juga bisa terjadi pada beberapa kasus.
- Mata merah
Peradangan pada mata dapat menyebabkan mata merah atau konjungtivitis.
- Nyeri otot
Terutama nyeri pada otot-otot seperti betis dan punggung bawah.
- Sakit perut
Penderita dapat mengalami nyeri perut dan kram.
- Bintik-bintik merah di kulit
Penderita mungkin mengalami bintik-bintik merah di kulit yang tidak hilang saat ditekan (petechiae).
Penting untuk diingat bahwa gejala-gejala ini dapat bervariasi dari ringan hingga berat, dan beberapa orang mungkin mengalami gejala lebih parah. Dalam beberapa kasus, penyakit ini dapat berkembang menjadi penyakit Weil, yang merupakan bentuk lebih parah dari leptospirosis.
Dinkes Kaltim Upayakan Penanganan dan Pencegahan Menyebarnya Penyakit Leptospirosis
Menanggapi keseriusan masalah penularan virus leptospirosis, Dinas Kesehatan Kalimantan Timur berkomitmen untuk terus berupaya dalam upaya pencegahan dan penanganan penyakit Leptospirosis, serta berusaha secepat mungkin menemukan obat yang efektif.
Dinkes Kaltim turut menghimbau kepada masyarakat agar tetap menjaga kesehatan diri dan menerapkan gaya hidup sehat. Terutama, penting untuk menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal masing-masing, sehingga dapat menghindari potensi pencemaran virus yang berasal dari tikus. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan kita dapat mencegah penyebaran penyakit leptospirosis dan menjaga kesehatan masyarakat.
Pencegahan leptospirosis melibatkan upaya menjaga kebersihan lingkungan, menghindari kontak dengan hewan yang berpotensi membawa bakteri penyebab, dan menggunakan perlindungan seperti sarung tangan saat bekerja di area yang berisiko terkontaminasi.
Vaksinasi pada hewan peliharaan juga dapat membantu mengurangi risiko penularan penyakit ini. Jika Anda memiliki gejala atau merasa terpapar risiko leptospirosis, segera konsultasikan dengan dokter. (ADZ/ADV/DINKESKALTIM)