27.4 C
Samarinda
Kalimantan TimurPenanganan Zoonosis Inovatif, Dinkes Kaltim Terapkan Konsep One Health

Penanganan Zoonosis Inovatif, Dinkes Kaltim Terapkan Konsep One Health

Kalimantan Timur, JurnalKaltim.com – Zoonosis merupakan penyakit yang bisa ditularkan dari hewan kepada manusia. Pada kebanyakan kasus, Zoonosis disebabkan oleh andil berbagai jenis mikroorganisme, seperti virus, jamur, bakteri hingga parasit. Mikroorganisme Zoononis tidak pandang bulu, mereka bisa datang dan menular dari sumber hewan ternak, hewan liar bahkan hewan peliharaan sekalipun.

Respons Penanganan Penyakit Zoonosis dengan Inovasi One Health

Penyakit berjenis Zoonosis membawa masalah kesehatan kepada masyarakat luas karena tingginya interaksi antara manusia dan hewan, dari mulai sebagai hewan peliharaan, sumber pangan hingga penunjang berbagai aktivitas manusia.

Dinkes (Dinas Kesehatan) Provinsi Kalimantan Timur berencana menerapkan konsep One Health sebagai salah satu konsep yang baru untuk mencegah penyebaran penyakit dari hewan ke manusia. Program One Health diambil sebagai upaya yang dinilai cukup efektif untuk mencegah terjadinya momen outbreak pada masa mendatang.

Konsep dari One Health sebenarnya tidak berfokus pada upaya penyembuhan penyakit yang sebelumnya sudah ada terlebih dahulu dalam tubuh manusia, tapi dimulai dari penyakit yang ada di hewan tertentu dan memungkinkan berpindah kepada manusia.

Kepala Bidang P2P (Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit) Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, Setyo Budi Basuki menyatakan bahwa program ini sebenarnya memiliki tujuan memadukan berbagai pihak terkait untuk memaksimalkan kesehatan dari hewan dan manusia agar bisa saling berkolaborasi dalam usaha pencegahan penyakit Zoonosis yang baru – baru ini lumayan mewabah di mana – mana.

Zoonosis
Penanganan Zoonosis Inovatif, Dinkes Kaltim Terapkan Konsep One Health

“One Health ini sebutan, untuk memadukan antara kesehatan hewan dan manusia, misal ada flu burung itu kan sumbernya dari hewan ternak tentu urusannya akan jadi ke Dinas Peternakan, tapi ketika menular ke manusia tentu jadi urusan kesehatan, jadi kolaborasi,” tutur Kepala Bidang P2P (Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit) Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, Setyo Budi Basuki di kota Samarinda.

Pemakaian pendekatan One Health akan membantu mobilisasi berbagai macam sektor, lintas disiplin ilmu serta keberagaman komunitas yang ikut memberikan arahan pada berbagai lapisan masyarakat agar terus bekerja bersama dalam mendorong tingkat kesejahteraan warga dan turut membantu menghadapi potensi ancaman taktis yang mampu mengganggu kestabilan dari ekosistem terkait.

Pengambilan langkah ini dilakukan demi mengatasi berbagai kebutuhan kolektif seperti air bersih, udara, energi, makanan, penghematan energi, aktif dalam menyikapi perubahan iklim yang secara umum mampu memberikan kontribusi kepada upaya pembangunan yang berkelanjutan.

Pada saat ini, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalimantan Timur tengah berupaya untuk meningkatkan upaya pencegahan terhadap penyakit Zoonosis. Mengingat persoalan penyakit Zoonosis telah menyita perhatian penyakit Leptospirosis yang diketahui berasal dari hewan tikus yang berpotensi menular kepada manusia. Diharapkan dengan menerapkan program One Health, Provinsi Kalimantan bisa lebih baik menangani penyakit Zoonosis ke depannya.

Memahami Penyakit Zoonosis

Menurut World Health Organization (WHO), pada saat ini 6 dari 10 penyakit menular masuk ke kategori Zoonosis. Nantinya, jumlah penyakit Zoonosis baru yang ditularkan pun diperkirakan akan terus bertambah setiap tahunnya.

Pada saat ini, tercatat ada lebih dari 200 varian penyakit menular yang bersifat Zoonosis, beberapa yang sudah kita kenal adalah flu, rabies, virus nipah, virus Hendra, malaria, leptospirosis, penyebab pandemi lalu COVID – 19 dan yang paling baru adalah penyakit cacar monyet.

Pandji Wibawa Dhewantara selaku Peneliti Ahli Muda, Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan bahwa pada saat ini proses penularan dari penyakit Zoonosis bisa terjadi melalui kontak langsung dan juga kontak tidak langsung, entah itu berupa paparan terhadap air liur, darah, tinja dan juga bagian tubuh lain yang terinfeksi. Pandji pun mencontohkan penularan penyakit melalui hewan nyamuk yang terhitung sangat mudah ditularkan kepada manusia.

“Nyamuk menghisap darah primata (yang terinfeksi). Kemudian, misalnya, ada pemburu atau masyarakat yang masuk ke hutan. Tidak sengaja tergigit oleh nyamuk Anopheles yang sudah membawa parasit Plasmodium tadi,” jelas Pandji selaku Peneliti Ahli Muda, Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). (ADZ/ADV/DINKESKALTIM)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Read More