Kutai Timur, JURNALKALTIM.com – Cuaca ekstrem yang terjadi belakangan ini menjadi alasan diselenggarakannya pelatihan petugas penanggulangan karhutla di Kalimantan alias Kebakaran Hutan dan Lahan (Fire Crew 1 tahun 2023) oleh BPBD Provinsi Kutai Timur (Kutim). Tujuannya adalah guna mengantisipasi segala penyebab yang berpotensi menimbulkan bencana kerentanan lahan, seperti kebakaran hutan.
Dampak Karhutla di Kalimantan
Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) adalah fenomena kebakaran hutan atau lahan yang disebabkan karena faktor alami maupun perbuatan manusia, yang mana akibat dari bencana tersebut yaitu mampu merusak lingkungan sekaligus mempengaruhi kondisi ekologi, ekonomi, sosial budaya maupun politik.
Kebakaran hutan dan lahan sendiri menjadi fenomena yang memprihatinkan belakangan ini. Sebab, cuaca ekstrem dengan suhu udara yang sangat panas tengah menggandrungi hampir di seluruh wilayah Indonesia, termasuk di Provinsi Kalimantan Timur tepatnya di Kabupaten Kutai Timur (Kutim).
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kutim, Muhammad Idris Syam mengungkapkan bahwa sebagai akibat yang ditimbulkan oleh fenomena tersebut, mayoritas rerumputan, ilalang, maupun pepohonan akan berubah menjadi kering. Dengan demikian, gesekan yang terjadi di antara unsur-unsur tersebut sangat berpotensi menyebabkan kebakaran.
Bahkan dijelaskan lebih lanjut oleh Muhammad Idris Syam, bahwa karhutla di Kalimantan khususnya di Kutim akan memberikan dampak negatif seperti timbulnya banjir karena rusaknya tata penyimpanan air tanah. Oleh karena itu, Muhammad Idris Syam kemudian berinisiasi menggelar pelatihan petugas penanggulangan kebakaran hutan dan lahan yang berlangsung pada Minggu (12/11/2023) lalu.
“Kita menyadari dampak Karhutla dapat mengakibatkan rusaknya fungsi pengatur tata air seperti pencegah banjir dan penyimpan air tanah,” ucap Idris saat pelatihan berlangsung di Balai Pelatihan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BPLHK) Samarinda, Minggu 12 November 2023.
Pelatihan Rutin Tingkatkan Efektivitas Petugas
Fenomena karhutla di Kalimantan khususnya di Kutai Timur menarik perhatian khusus Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kutim. Bukan hanya berpotensi menyebabkan kerusakan lingkungan, bencana tersebut bahkan mampu merusak tata ekologis, ekonomi, maupun sosial.
Adapun, beberapa risiko yang dikhawatirkan oleh Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kutim, Muhammad Idris Syam yaitu mengenai rusaknya fungsi pengatur tata air yang menjadi akibat dari evaluasi biofisik sebelum maupun sesudah kebakaran.
Lebih lanjut, fenomena karhutla di Kalimantan khususnya di Kabupaten Kutim bahkan menyebabkan berkurangnya penyimpanan air tanah sehingga berpotensi menyebabkan bencana banjir. Tak jarang pula, bencana tersebut seringkali memakan mata pencaharian masyarakat yang berada di sekitar hutan.
Oleh karena itu, Muhammad Idris Syam kemudian mengajak para anggotanya untuk menciptakan sistem penanggulangan yang terintegrasi melalui pelatihan petugas yang dilaksanakan pada beberapa waktu lalu, tepatnya pada Minggu (12/11/2023) lalu di Balai Pelatihan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BPLHK).
Adapun tujuan dari pelatihan itu sendiri tidak lain sebagai upaya menyiapkan pencegahan dan penanggulangan terhadap potensi-potensi penyebab kebakaran hutan dan lahan. Sehingga, bencana serupa diimbau tidak akan terjadi lagi di masa mendatang.
“Karhutla menjadi perhatian kita bersama, dengan harapan agar tidak terulang kembali dan ke depan perlu bersama kita upayakan pencegahannya,” jelasnya.
Perlu diketahui, melalui pelatihan penanggulangan karhutla di Kalimantan khususnya di Kutim itu terdiri dari beberapa kegiatan, seperti pembekalan materi serta dilakukannya praktek lapangan guna memberikan kompetensi yang mumpuni bagi para petugas, terutama terkait pengendalian dan penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Selanjutnya kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kutim, Muhammad Idris Syam, pelatihan tersebut rencananya akan dilakukan secara rutin, dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas para petugas dan menciptakan sinergi yang kuat antara pemerintah kecamatan pemerintah desa sehingga dapat mengatasi potensi karhutla yang akan terjadi di kemudian hari.
“Pelatihan ini bukan hanya merupakan agenda rutin tetapi juga dapat meningkatkan efektifitas dan saling bersinergi dengan Pemerintah Kecamatan dan Desa guna mengantisipasi kemungkinan Karhutla di Kabupaten Kutai Timur,” pungkasnya. (ADV/NDA/BPBDKALTIM)