Kutai Kartanegara, Jurnalkaltim.com – Pemerintah Desa Bendang Raya menyulap lubang bekas tambang menjadi penampungan air untuk Mandi Cuci Kakus (MCK). Langkah inovatif ini berhasil dilakukan berkat kerja sama dengan masyarakat setempat.
Bahayanya Lubang Bekas Tambang
Lubang bekas tambang di Kaltim (Kalimantan Timur) sudah menelan korban jiwa yang tidak sedikit. Berdasarkan laporan tahun 2021, 40 orang meninggal dunia akibat keberadaan lubang yang terbengkalai. Laporan milik Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kalimantan Timur mencatatkan bahwa 40 korban jiwa tersebut terhitung sejak tahun 2011 hingga 2021.
Dari 40 korban, 33 berasal dari usia remaja dan anak-anak. Sisanya 7 orang yang tercatat berasal dari usia dewasa. Berdasarkan data terbaru dari Jatam Kaltim, terdapat 149 lubang bekas tambang. Angka ini bisa terus bertambah jika perusahaan yang bergerak di bidang tambang lalai dalam pengelolaan dan akan menjadi sebuah bencana bagi masyarakat.
Kota Samarinda menjadi daerah terbanyak yang menyumbang kasus kecelakaan di lubang bekas tambang. Dari total 40 kasus, 23 diantaranya berasal dari ibu kota Provinsi Kalimantan Timur ini. Kutai Kartanegara (Kukar) juga melaporkan terjadinya kasus kecelakaan di lubang tambang sebanyak 13 korban jiwa.
Menanggapi kasus ini, pemerintah dituntut untuk segera bertindak mengingat Kalimantan Timur diproyeksikan bakal menjadi IKN (Ibu Kota Negara) yang baru. Kolaborasi dengan lembaga masyarakat sekitar diharapkan bisa memanfaatkan lubang bekas tambang menjadi hal yang berdaya guna. Misalnya untuk tempat wisata, budidaya ikan air tawar, penampungan air bersih, perkebunan, dan lain-lain.
Penampungan Air Bersih untuk Kebutuhan MCK
Muhammaddin, Kepala Desa Bendang Raya, mengatakan bahwa ada ketidak merataan jaringan pipa air bersih yang mengalir ke setiap RT. “Saat ini, masyarakat masih terpaksa membeli air bersih dari luar untuk kebutuhan sehari-hari. Permasalahan ini menjadi fokus serius pemerintah desa untuk segera mengatasi kekurangan pasokan air bersih,” lanjut Muhammaddin pada Jumat (10/11/2023).
Sebagai solusi atas masalah ini, Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) merancangkan program penyediaan air bersih bagi masyarakat. Idenya sangat kreatif, yaitu memanfaatkan lubang bekas tambang menjadi penampungan air bersih untuk kebutuhan Mandi Cuci Kakus (MCK). Program ini didukung oleh pemerintah Kabupaten (Pemkab) dan Kutai Kartanegara (Kukar).
Sebagai informasi, Pamsimas merupakan program andalan nasional yang memang dibentuk dengan tujuan untuk memberikan akses pelayanan air minum dan sanitasi yang berkelanjutan kepada warga masyarakat. Khususnya masyarakat yang kurang terlayani, termasuk masyarakat berpendapatan rendah di wilayah pedesaan dan wilayah terpencil. Karena semua lapisan masyarakat berhak untuk mendapatkan akses air bersih untuk kebutuhan MCK.
Pemasangan pipa air masih dilakukan secara bertahap sebagai implementasi atas program pemerataan akses air bersih. Dengan mendapatkan air bersih, satu masalah berhasil diselesaikan dan kebijakan pemerintah bisa difokuskan ke aspek lain. Seperti pendidikan, lapangan kerja, dan kebudayaan sosial.
Muhammaddin juga berharap agar jaringan PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) segera mencakup Desa Bendang Raya, Kalimantan Timur. Dengan demikian, seluruh warga desa dapat merasakan akses air bersih, dan diharapkan permasalahan air bersih dapat terselesaikan dengan baik. “Dengan target pada tahun 2025, kami berharap seluruh masyarakat di Desa Bendang Raya dapat menikmati air bersih,” pungkas Muhammaddin.
Bekas lubang tambang yang awalnya berbahaya bisa dimanfaatkan sebagai penampungan air adalah inovasi yang patut diapresiasi. Penampungan air ini nantinya digunakan sebagai wadah penyimpanan air bersih yang bisa dipakai warga untuk kebutuhan sehari-hari. Mulai dari mandi, mencuci pakaian, memasak, dan lain sebagainya.
Pengaruh dari ketersediaan air bersih ini tidak bisa diremehkan. Air bersih termasuk kebutuhan paling mendasar kehidupan manusia. Tanpa adanya air bersih, masyarakat terpaksa menggunakan air tidak higienis yang rawan menularkan penyakit seperti diare, polio, kolera, atau disentri.
Dilansir dari WHO, setiap tahunnya terdapat sekitar 485 ribu angka kematian yang disebabkan oleh diare akibat minum air yang tidak higienis. UNICEF juga mengeluarkan data bahwa setiap hari setidaknya ada 700 orang anak di bawah 5 tahun meninggal karena diare terkait dengan air, sanitasi, dan kebersihan yang tidak memadai. Semoga ide penampungan air bersih ini dapat segera direalisasikan yang akan membantu kehidupan banyak warga di Desa Bendang Raya.