24 C
Samarinda
Kalimantan TimurKutai KartanegaraGelaran Festival Tunas Bahasa Ibu Lestarikan Bahasa Etam

Gelaran Festival Tunas Bahasa Ibu Lestarikan Bahasa Etam

Kutai Kartanegara, JURNALKALTIM.com – Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) resmi dibuka oleh Staf Ahli Bupati Kutai Kartanegara (Kukar) Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Masyarakat (Pemkesra), Didi Ramyadi. Kegiatan ini diadakan pada hari Kamis (2/11/2023) di SMPN 1 Tenggarong.

FTBI adalah sebuah kolaborasi antara Pemerintah Kabupaten Kukar dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud). Festival ini merupakan wadah bagi para pelajar dan masyarakat untuk merayakan dan mempromosikan keberagaman bahasa ibu yang ada di daerah tersebut.

Festival ini bertujuan untuk melestarikan dan mempromosikan bahasa ibu, FTBI diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada masyarakat setempat untuk mengekspresikan identitas budaya dan bahasa mereka.

Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI): Merawat dan Memupuk Kecintaan Terhadap Bahasa Daerah

Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) merupakan wujud nyata dari upaya perlindungan, pelestarian, dan promosi bahasa dan sastra daerah. Melalui kegiatan ini, diharapkan akan diciptakan ruang kreativitas dan kebebasan bagi generasi muda untuk merawat, memelihara, dan mencintai bahasa daerah mereka.

Staf Ahli Bupati Kutai Kartanegara Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Masyarakat, Didi Ramyadi, menyatakan harapannya bahwa Festival Tunas Bahasa Ibu akan menjadi sarana yang efektif untuk menumbuhkan rasa cinta dan kebanggaan terhadap bahasa lokal. Bahasa daerah adalah bagian penting dari identitas dan kekayaan budaya di wilayah setempat, dan perlu dijaga agar tidak punah.

Festival Tunas Bahasa Ibu
Staf Ahli Bupati Kutai Kartanegara Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Masyarakat, Didi Ramyadi

“Kita wajib tanamkan rasa cinta pada bahasa ibu sejak dini pada anak agar bahasa ini tetap terjaga,” Jelas Didi Ramyadi.

Festival Tunas Bahasa Ibu diharapkan dapat menjadi panggung bagi para pemuda untuk mengekspresikan diri dalam bahasa daerah dan sastra, serta merayakan keindahan bahasa mereka sendiri. Dengan demikian, bahasa daerah akan tetap hidup dan menjadi aset berharga dalam masyarakat di bumi etam.

Pentingnya Membangun Rasa Cinta pada Bahasa Ibu Sejak Dini

Didi Ramyadi menggarisbawahi pentingnya untuk mengenalkan dan menanamkan rasa cinta pada bahasa ibu sejak usia dini kepada anak-anak. Ia menjelaskan bahwa upaya ini adalah kunci dalam menjaga keberlanjutan dan keberagaman bahasa ibu.

Hal ini akan membantu menjaga bahasa ibu tetap hidup dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari identitas dan budaya masyarakat setempat. Ia pun juga menyoroti pentingnya memahami dan menguasai bahasa asing, sambil tetap menjaga kearifan lokal dan identitas bangsa.

Ia mengakui bahwa dalam era globalisasi, pemahaman bahasa asing adalah hal yang penting dan berguna dalam banyak aspek kehidupan.

“Menguasai bahasa asing tidak salah, namun menjaga kearifan lokal dan identitas bangsa merupakan kewajiban kita sebagai bangsa yang berbudaya dan mencintai tanah air, Siapa lagi yang akan menjaganya selain kita dan anak cucu kita,” jelasnya.

Namun, Didi Ramyadi juga menekankan bahwa menjaga kearifan lokal dan identitas bangsa adalah kewajiban kita sebagai bangsa yang kaya budaya dan cinta akan tanah air. Ia mengajak untuk tidak melupakan bahasa ibu dan warisan budaya kita sendiri, karena kita sebagai generasi sekarang dan anak cucu kita adalah penjaga kearifan lokal dan identitas bangsa.

Dengan cara ini, kita dapat memelihara keberagaman budaya dan kekayaan bahasa, sambil tetap bersiap dalam era globalisasi yang semakin terbuka.

Didi Ramyadi menekankan bahwa bahasa daerah bukan hanya merupakan alat komunikasi atau bahasa ibu, tetapi juga merupakan aset berharga dari kekayaan budaya dan kearifan lokal yang harus dilestarikan. Bahasa daerah adalah bagian tak terpisahkan dari identitas bangsa.

Didi Ramyadi: Jangan Sungkan Berbicara Menggunakan Bahasa Daerah

Ia mengajak semua orang untuk tidak sungkan dalam berbicara dan menggunakan bahasa daerah, serta terus belajar untuk melestarikan seni dan budaya daerah. Anak-anak dianggap sebagai masa depan bagi daerah dan merupakan generasi yang akan mewarisi dan menjaga kearifan lokal.

Oleh karena itu, menjaga bahasa daerah dan melestarikan kekayaan budaya lokal adalah tanggung jawab bersama untuk memastikan bahwa identitas dan warisan budaya kita tetap hidup dan berkembang.

Dalam Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI), akan ada berbagai varian seni yang menggunakan bahasa daerah sebagai alat ekspresi dan hiburan. Seni-seni ini menunjukkan keahlian dalam mengolah bahasa daerah menjadi sajian yang memukau.

“Jangan sungkan untuk berbahasa daerah dan selalu belajar untuk melestarikan seni daerah, karena anak-anak merupakan masa depan bagi daerah dan nantinya yang akan menjaga daerah ini, dan melestarikan kearifan lokalnya,” tutupnya.

Perlombaan dalam Festival Tunas Bahasa Ibu mencakup berbagai jenis seni, termasuk seni mendongeng, betarsul, menyanyi, belocoan, dan lain sebagainya. Lomba-lomba ini diikuti oleh para pelajar tingkat SD dan SMP di wilayah Kutai Kartanegara.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Read More