
SAMARINDA, JURNALKALTIM.com, Polusi udara akhir – akhir ini ramai diperbincangkan masyarakat. Di beberapa kota besar kualitas udara semakin memburuk. Untuk mengantisipasi itu, Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur mengajak masyarakat untuk tidak membakar sampah di area terbuka. Langkah ini diharapkan bisa mencegah timbulnya penyakit yang tidak diinginkan.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur Jaya Mualimin, berupaya untuk memastikan supaya dampak kemarau bisa diantisipasi sedini mungkin untuk menghindari timbulnya penyakit.
Kepala Dinkes Kaltim Larang Membakar Sampah Sembarangan
Dinkes mempunyai program STBM program (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang mempunyai 5 pilar diantaranya, Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga, Stop Buang Air Besar Sembarangan, Cuci Tangan Pakai Sabun, Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga.
Dalam program tersebut, dimaksudkan untuk tidak melakukan pembakaran sampah sembarangan yang bisa berdampak pada lingkungan. Hal ini bertujuan untuk menghindari potensi pencemaran udara akibat kebakaran hutan yang bisa berpotensi saat kemarau.

Jaya menjelaskan, pihaknya sebenarnya punya program yakni sanitasi kesehatan lingkungan. Di dalam program tersebut ada 5 pilar salah satunya pelarangan pembakaran sampah di area terbuka.
Tujuan diciptakannya program STBM ini adalah untuk mewujudkan perilaku masyarakat yang higienis dan saniter secara mandiri yang bisa meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi – tingginya.
Dalam laporannya, Jaya memaparkan saat musim kemarau sekarang ini berpotensi menimbulkan berbagai penyakit KLB diantaranya diare yang diakibatkan pencemaran air. ISPA disebabkan karena pencemaran udara. Masyarakat dihimbau untuk senantiasa mencuci tangan dan membersihkan lingkungan agar terhindar dari berbagai penyakit.
Ia juga menambahkan, musim kemarau yang cenderung kering dapat menyebabkan dehidrasi pada tubuh. Pihaknya mengajak masyarakat agar selalu memperhatikan tingkat hidrasi saat beraktivitas di lapangan.
Selain itu, Jaya Mualimin juga berpesan kepada masyarakat supaya menyediakan kebutuhan air harian, serta memakai masker untuk mencegah ISPA akibat debu dan pencemaran udara akibat kebakaran hutan imbas kekeringan yang terjadi di seluruh Indonesia terutama di Kalimantan Timur.
Dampak Buruk Polusi Udara
Polusi udara adalah kondisi dimana udara tercemari oleh bahan kimia, zat atau partikel dan bahan biologis lainnya yang bisa membahayakan kesehatan makhluk hidup. Fenomena ini merupakan masalah lingkungan yang bisa menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan manusia. Biasanya pencemaran ini berasal dari asap pabrik, asap kendaraan dan asap pembakaran kayu.
Melalui laman Kementerian Kesehatan, polusi udara adalah salah satu masalah lingkungan yang berdampak pada kesehatan manusia. Polusi udara dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti pneumonia, kanker paru – paru, ISPA, hingga TBC.
Polusi udara memiliki berbagai dampak negatif, diantaranya
- Gangguan Kesehatan, polusi udara dapat menyebabkan masalah pernapasan seperti asma, bronchitis, dan penyakit paru – paru kronis. Partikel halus dan zat kimia beracun dapat merusak sistem pernapasan manusia.
- Gangguan Saluran Pencernaan, partikel polusi udara yang dihirup dapat masuk ke aliran darah dan mempengaruhi organ – organ seperti hati dan otak bahkan dapat mempengaruhi sistem pencernaan.
- Gangguan Kehamilan, polusi udara dapat meningkatkan risiko komplikasi kehamilan seperti kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah.
- Pengaruh Terhadap Lingkungan, polusi udara dapat merusak ekosistem, mengasamkan tanah dan air, serta merusak hutan dan lahan pertanian.
- Perubahan Iklim, polutan yang dilepaskan oleh pembakaran bahan bakar fosil juga dapat berkontribusi pada perubahan iklim global dengan efek pemanasan bumi.
- Kualitas Udara Ruangan, polusi udara dalam ruangan dari sumber – sumber seperti asap rokok dan bahan kimia rumah tangga juga dapat berdampak negatif pada kesehatan manusia.
Upaya untuk mengurangi polusi udara melalui regulasi emisi, peralihan ke energi bersih dan kesadaran akan dampaknya sangat penting untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan di generasi masa depan. (Adv/DinkesKaltim/AG)