Jurnalkaltim.com – Pemandangan memukau tapi mematikan kembali terjadi di Hawaii. Gunung berapi Kilauea, salah satu gunung berapi paling aktif di dunia, meletus kembali pada Minggu (10/9/2023), menyemburkan lava dengan ketinggian yang mencapai lebih dari 24 meter.
Menurut US Geological Survey’s Hawaiian Volcano Observatory, Gunung Kilauea mulai menunjukkan tanda-tanda aktivitasnya pada pukul 15.15 waktu setempat. “Letusan ini didahului oleh periode seismik yang kuat dan terangkatnya puncak gunung dengan cepat,” ungkap sumber dari AFP.
Turis terpesona dengan keindahan Gunung Kilauea, namun letusan terbaru menunjukkan kekuatan alam yang mematikan
Dari gambar yang diambil melalui webcam, tampak retakan di dasar kawah gunung Kilauea yang menghasilkan aliran lava di permukaan lantai kawah tersebut.
Melalui X, platform media sosial yang sebelumnya dikenal dengan nama Twitter, Badan Pengelola Darurat Hawaii menginformasikan bahwa letusan ini “tidak menimbulkan ancaman lava bagi komunitas.” Namun, partikel dan gas vulkanik yang dikeluarkan bisa menyebabkan masalah pernafasan bagi orang-orang yang terpapar.
Sebelum terjadinya letusan, daerah tersebut mengalami gempa bumi yang cukup kuat dan “pengangkatan cepat” dari puncak gunung. Sebagai respons, USGS telah meningkatkan kode warna penerbangan untuk Kilauea dari oranye menjadi merah dan status peringatan gunung berapi dari pantau ke peringatan.

Sumber gambar : Headtopics
Ketika memasuki periode letusan ketiganya tahun ini – sebelumnya terjadi pada Januari dan Juni – tayangan langsung oleh USGS menampilkan gambaran lava yang menyembur dari beberapa celah di kawah. Meski intensitas semburan lava menurun sejak awal letusan, namun semburan tersebut masih bertahan pada ketinggian sekitar 20-25 meter.
Sebagai tindakan pencegahan, observatorium tersebut telah meningkatkan status kewaspadaan gunung berapi dari “awas” menjadi “waspada”. Sementara itu, peringatan penerbangan untuk wilayah tersebut ditingkatkan ke status merah.
Gunung Kilauea, yang terletak di Taman Nasional Gunung Berapi Hawaii di Big Island, meskipun jauh dari pusat-pusat populasi, tetap menjadi ancaman kesehatan. Badan Manajemen Darurat Hawaii mengingatkan potensi bahaya dari gas-gas vulkanik, terutama bagi mereka yang menghirupnya. “Meski lava Kilauea hanya terbatas di puncak, namun letusan memancarkan partikel dan gas vulkanik yang dapat menimbulkan gangguan pernapasan,” tulis mereka di platform X, yang dulu dikenal sebagai Twitter.
Selain itu, sulfur dioksida yang dikeluarkan selama letusan berinteraksi dengan atmosfer, menciptakan fenomena yang dikenal sebagai “vog” atau kabut asap vulkanik. Kabut ini dikenal berbahaya bagi pernapasan manusia dan hewan.
Meski ukurannya lebih kecil daripada Mauna Loa yang berdekatan, aktivitas Kilauea jauh lebih sering, seringkali menjadi daya tarik bagi para turis yang ingin menyaksikan pertunjukan alamnya dari udara dengan helikopter. Ini mengukuhkan Kilauea sebagai salah satu dari enam gunung berapi aktif di kepulauan Hawaii yang terus memukau dunia.
Gunung Kilauea di Hawaii meletus untuk ketiga kalinya tahun ini
Gunung Kilauea, yang terletak di kawasan tertutup Taman Nasional Gunung Berapi Hawaii, dikenal sebagai salah satu gunung berapi paling aktif di dunia. Pada tahun 2019, rangkaian gempa bumi dan letusan besar di Kilauea mengakibatkan kerusakan pada ratusan rumah dan bisnis.
Catatan sejarah menunjukkan bahwa gunung berapi ini juga telah meletus pada bulan Januari dan Juni tahun ini.
Pesona tenang di luar momen letusannya
Dalam periode ketenangan, Gunung Kilauea di Hawaii menawarkan pemandangan yang menakjubkan, jauh dari gambaran dramatis letusan lava dan asap. Meskipun merupakan salah satu gunung berapi paling aktif di dunia, Kilauea saat tidak meletus adalah sebuah mahakarya alam yang menyuguhkan estetika keindahan alam yang begitu mempesona.
Hamparan kawahnya yang luas berpadu dengan lanskap alam Hawaii yang hijau. Di beberapa bagian, bekas aliran lava kering yang membeku menjadi batu memberikan kontras terhadap kehijauan alam sekitarnya, menciptakan pemandangan yang unik dan eksotis. Di saat matahari terbenam, langit di atas Kilauea sering kali berubah menjadi palet warna-warna hangat yang memantulkan sinarnya ke permukaan kawah yang tampak damai.
Tak jauh dari gunung berapi ini, kehidupan masyarakat lokal berlangsung dengan ritme yang tenang. Meskipun selalu ada risiko dari gunung berapi yang tetap aktif, penduduk lokal telah hidup berdampingan dengan Kilauea selama generasi. Mereka membangun komunitas yang kuat dengan warisan budaya yang mendalam, dimana legenda dan cerita mengenai gunung dan roh-roh alam diceritakan dari generasi ke generasi. Bagi mereka, Kilauea bukan hanya sebuah ancaman, melainkan bagian dari identitas dan sejarah mereka.
Aktivitas sehari-hari di kaki gunung ini pun sangat terkait dengan alam. Banyak warga yang bekerja sebagai petani, memanfaatkan kesuburan tanah yang diberikan oleh abu vulkanik dari letusan Kilauea di masa lalu. Sementara itu, sektor pariwisata juga tumbuh subur. Saat tidak meletus, banyak turis yang datang untuk mendaki, berkemah, atau sekadar menikmati pemandangan gunung berapi dari jarak aman.
Kilauea bukan hanya simbol kekuatan alam yang dahsyat, tetapi juga menjadi saksi bisu harmoni kehidupan antara manusia dan alam, dimana kedamaian dan kehidupan berjalan berdampingan dengan potensi keganasan alam.