Kalimantan Timur, JurnalKaltim.com – Serius utamakan perkembangan anak di usia emas, Dinkes Kaltim (Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur) baru saja selesai menggelar acara seminar kesehatan dengan tajuk “Periode Emas Untuk Generasi Tangguh”. Event seminar kesehatan tersebut dilaksanakan dalam rangkaian perayaan Hari Kesehatan Nasional (HKN) yang ke-59 Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2023.
Prioritas Perkembangan Anak di Usia Emas
Kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinkes Kaltim (Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur) diikuti oleh jajaran Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Kader Posyandu Balita, Kader Posyandu Remaja, GOW (Gabungan Organisasi Wanita), Dharma Wanita serta mahasiswa dari Institusi Pendidikan Kesehatan yang berlokasi di Gedung Olah Bebaya kota Samarinda.
Jaya Mualimin selaku Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur mengatakan pada periode emasnya, perkembangan anak masuk pada masa – masa terpenting untuk mengoptimalkan kemajuan pertumbuhan serta perkembangan secara fisik dan juga psikis.
“Golden age adalah periode ketika anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Di masa ini anak memerlukan banyak stimulasi agar pertumbuhan dan perkembangnya bisa optimal. Orang tua perlu memastikan anak berada dalam proses tumbuh kembang yang baik sejak dalam kandungan hingga usia golden age, yaitu usia 1-2 tahun,” tutur Jaya Mualimin selaku Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur.
Lebih lanjut, Jaya Mualimin menyebutkan bahwa masuknya asupan nutrisi pada 1.000 hari pertama dalam kehidupan anak menjadi faktor penting pada perkembangan syaraf dan juga kesehatan mental anak untuk seumur hidupnya. Fakta ini senada dengan yang disampaikan dalam jurnal American Academy of Pediatrics yang dipakai sebagai salah satu rujukan di dalam seminar kesehatan tersebut.
Jaya Mualimin juga mengungkapkan bahwa perkembangan serta masalah gizi yang ada di negara Indonesia saat ini menjadi semakin kompleks. Tidak hanya masih menghadapi persoalan masalah kekurangan gizi, kejadian kelebihan gizi pun turut menjadi sebuah persoalan yang harus segera ditangani dengan upaya dan usaha yang serius.
Jika dilihat dari hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun 2022, Provinsi Kalimantan Timur memperlihatkan adanya peningkatan pada persoalan masalah gizi. Pada survei SSGI tersebut, angka prevalensi balita stunting naik di angka 23,9 % sementara angka prevalensi balita wasting berada di angka 9,1 %, sementara angka prevalensi balita underweight berada di angka 20,4 %.
Kondisi mencemaskan inilah yang harus mendapat perhatian dari semua pihak, agar mampu bersama-sama bekerja sama demi meningkatkan kualitas gizi pada anak – anak di Benua Etam. Khususnya selama periode emas anak, penting untuk memberi asupan gizi yang dinilai seimbang, memberikan ASI eksklusif serta memberikan stimulasi tepat yang tentunya sesuai dengan proporsi usia anak demi menurunkan prevalensi kemungkinan terjangkit stunting.
Jaya Mualimin juga menyatakan bahwa usaha pemberian ASI eksklusif juga menduduki posisi yang sangat penting untuk bagi kesehatan serta ketahanan anak. Menurut Jaya Mualimin selaku Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, pemberian ASI eksklusif adalah kegiatan untuk memberi ASI saja kepada anak tanpa harus diberikan tambahan makanan ataupun minuman lainnya selama jangka waktu enam bulan pertama pada kehidupan bayi.
“ASI eksklusif memberikan banyak manfaat bagi bayi, seperti meningkatkan kekebalan tubuh, mengurangi risiko infeksi, alergi, dan obesitas, serta meningkatkan perkembangan otak dan kognitif,” ungkap Jaya Mualimin selaku Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur.
Pentingnya Memahami Perkembangan Anak Untuk Hindari Penyakit Stunting
Perkembangan anak tidak hanya menyoal soal fisik saja, untuk benar – benar menghindari kemungkinan penyakit stunting, maka perkembangan anak haruslah diperhatikan sepenuhnya. Dari mulai perkembangan kognitif, bagaimana anak melakukan interaksi sosial dan meregulasi emosionalnya, bagaimana perkembangan anak dalam hal bicara dan kemampuan berbahasanya?
Tak lupa kita juga harus memperhatikan apakah keterampilan fisiknya juga sesuai dengan seharusnya? Termasuk apakah perkembangan anak juga lancar dalam hal kesadaran sensorik seperti mengenali ataupun merespons stimulus yang ia terima dari lingkungan sekitar melalui panca indera mereka. (ADZ/ADV/DINKESKALTIM)