Samarinda, JurnalKaltim.com – Pada pembukaan KTT G20, Plakat Perdana Menteri Narendra Modi merujuk India sebagai “Bharat.” Penggunaan istilah ini telah menimbulkan spekulasi mengenai kemungkinan perubahan nama negara di Asia Selatan tersebut.
Dalam bahasa-bahasa India yang digunakan pada masa sebelum kolonialisme, India juga sering disebut dengan sejumlah variasi, termasuk Bharat, Bharata, dan Hindustan. Nama-nama ini digunakan secara bergantian oleh masyarakat dan di tingkat resmi.
India: Sebuah Nama dengan Banyak Variasi
Sebelum kita memahami lebih lanjut mengenai kontroversi seputar penggunaan “Bharat,” kita perlu mencermati keragaman nama-nama yang telah digunakan untuk merujuk kepada India sepanjang sejarahnya. Dalam berbagai bahasa yang digunakan di India sebelum era kolonial, negara ini sering disebut dengan berbagai variasi nama, termasuk Bharat, Bharata, dan Hindustan. Nama-nama ini digunakan dengan bebas oleh masyarakat umum serta di tingkat resmi.

Foto : BPMI Setpres/Laily Rachev
Tradisi ini terus berlanjut hingga era modern, di mana India secara konsisten menggunakan sebutan “India” ketika berkomunikasi dalam bahasa Inggris, terutama dalam forum internasional. Namun, pergeseran signifikan terjadi ketika Presiden Droupadi Murmu baru-baru ini memilih untuk menyebut dirinya sebagai “Presiden Bharat” pada awal pekan yang sama dengan pembukaan KTT G20. Penggunaan jabatan ini menjadi sorotan dalam undangan makan malam yang diadakan untuk menerima para pemimpin KTT G20 dan memicu perdebatan tentang identitas nasional.
Bharat di KTT G20: Perubahan yang Menonjol
Ketika Narendra Modi mengumumkan pembukaan KTT G20 di New Delhi pada Sabtu, 9 September 2023, dia berdiri di depan papan nama yang mencantumkan tulisan “Bharat.” Lebih dari itu, logo resmi G20 juga mencantumkan kedua istilah tersebut, dengan “Bharat” ditulis dalam bahasa Hindi dan “India” dalam bahasa Inggris. Ini merupakan perubahan yang patut dicatat, mengingat bahwa plakat sebelumnya biasanya menggunakan kata “India.”
Bharat Mandapam: Pusat Konvensi KTT G20 yang Megah
Untuk memperkuat penggunaan “Bharat,” New Delhi menjadi tuan rumah bagi para pemimpin negara-negara peserta KTT G20 di sebuah pusat konvensi baru bernama Bharat Mandapam. Pusat konvensi ini memiliki nilai investasi mencapai 300 juta dolar AS dan memiliki bentuk yang menyerupai keong, menciptakan kesan yang sangat unik. Terletak di seberang benteng batu bersejarah dari abad ke-16, Bharat Mandapam menciptakan nuansa sejarah yang mendalam dalam acara tersebut.
Kontroversi Seputar Nama “India” dan “Bharat”
Meskipun beberapa pendukung penggunaan nama “Bharat” berpendapat bahwa kata “India” adalah produk penjajahan Inggris, sejarawan-sejarawan India menegaskan bahwa nama “Bharat” telah digunakan untuk merujuk kepada wilayah ini selama berabad-abad sebelum masa pemerintahan kolonial. Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS), yang merupakan lembaga pendukung utama dari Partai Bhartiya Janata (BJP) yang berkuasa, selalu keras dalam mempromosikan penggunaan sebutan “Bharat” untuk merujuk kepada negara ini, menganggapnya sebagai ekspresi identitas nasional yang lebih otentik.
Aliansi Oposisi dan Nama “INDIA”
Sementara itu, pihak oposisi pemerintah mengklaim bahwa pergeseran ini terjadi sebagai respons terhadap tekanan politik yang muncul seiring dengan pembentukan aliansi oposisi baru. Aliansi ini terdiri dari 28 partai yang bergabung pada bulan Juli, dengan tujuan menghadapi BJP dalam pemilihan parlemen tahun depan. Aliansi ini dikenal dengan nama INDIA, yang merupakan singkatan dari Indian National Developmental Inclusive Alliance.
Aliansi ini percaya bahwa penggunaan “Bharat” oleh pemerintah saat ini adalah upaya untuk mengamankan dukungan dari kelompok yang memandang nama ini sebagai simbol identitas nasional yang kuat. Namun, ini juga telah memicu reaksi keras dari sebagian besar anggota aliansi oposisi yang tetap mempertahankan penggunaan “India” sebagai sebutan resmi negara.
Implikasi Politik dan Pergeseran Identitas
Pergeseran penggunaan nama ini menciptakan nuansa politik yang kuat di India. Identitas nasional dan perasaan patriotisme adalah isu-isu yang selalu sensitif di negara ini, dan perubahan bahasa yang mungkin tampak sepele bisa memiliki dampak yang mendalam dalam dinamika politik.
Sejauh ini, belum ada keputusan resmi tentang apakah India akan secara resmi mengadopsi “Bharat” sebagai nama yang diakui secara internasional. Namun, apa pun keputusannya, perdebatan ini terus berlanjut dan akan terus menjadi topik yang menarik perhatian dalam beberapa waktu ke depan.