Kalimantan Timur, JURNALKALTIM.com – Menanggapi aksi vandalisme dalam kalangan remaja, Kepala Disdikbud Kaltim Muhammad Kurniawan secara tegas menghimbau para peserta didik untuk mencegah perilaku tersebut. Salah satunya seperti mencoret-coret fasilitas umum yang ada di ruang publik.
Kurniawan menegaskan khususnya bagi para peserta didik untuk berperilaku yang baik dan bertanggung jawab serta menghindari tindakan merusak fasilitas umum.
“Sebagai orang terpelajar, saya himbau untuk para peserta didik agar tidak melakukan aksi vandalisme,” tegasnya.
Aksi Vandalisme dalam Kalangan Remaja yang Merugikan Fasilitas Publik
Vandalisme dapat mengambil berbagai bentuk tergantung pada perbuatan yang dilakukan. Berikut ini beberaa contoh bentuk vandalisme yang umum terjadi dalam kenakalan remaja.
Aksi mencorat-coret (grafiti)
Ini mencakup tindakan mencorat-coret pada berbagai permukaan seperti tembok pinggir jalan, tembok sekolah, jembatan, halte bus, bangunan, toilet umum, dan lainnya.
Aksi memetik (plucking)
Ini terkait dengan tindakan memetik bunga atau buah milik orang lain tanpa izin dari pemiliknya. Selain merusak tanaman, ini juga merupakan pencurian terhadap harta orang lain.
Aksi merusak (destroying)
Aksi vandalisme ini melibatkan tindakan merusak penataan lingkungan yang telah tersusun rapi, seperti membuang sampah di jalan raya atau sungai. Ini dapat menciptakan ketidaknyamanan bagi warga sekitar dan merusak lingkungan.
Kebanyakan aksi vandalisme yang dilakukan oleh remaja ini pada aksi gafiti atau mencoret-coret fasilitas umum. Namun, semua bentuk vandalisme tersebut memiliki dampak negatif, baik pada lingkungan fisik maupun pada masyarakat.
Maka dari itu, upaya pencegahan vandalisme dan edukasi mengenai konsekuensinya sangat penting untuk menjaga kebersihan, keindahan, dan ketertiban lingkungan.
Kenali Faktor Penyebab Vandalisme pada Kenakalan Remaja
Faktor penyebab tindakan vandalisme seringkali berkaitan dengan lingkungan dan hubungan antar personal, terutama dalam lingkungan keluarga. Beberapa faktor penyebab yang dapat memicu tindakan vandalisme adalah sebagai berikut.
Kurangnya Komunikasi Antar Anggota Keluarga
Ketika komunikasi antar anggota keluarga kurang, remaja cenderung mencari cara alternatif untuk mengekspresikan perasaannya. Salah satu cara ini bisa melalui tindakan vandalisme, seperti merusak buku pelajaran, buku catatan, bangku sekolah, tembok ruang kelas, dan lainnya.
Kurangnya Pengawasan Orang Tua
Kurangnya pengawasan dari orang tua dapat membuat remaja merasa bebas dan tidak ada yang mengawasi tindakan mereka. Ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti orang tua yang sibuk, tinggal jauh dari rumah, atau pola asuh yang terlalu ketat atau terlalu longgar.
Kurangnya Kebebasan Ekspresi
Remaja membutuhkan kebebasan untuk mengekspresikan perasaan dan ide-ide mereka. Jika mereka merasa terbatasi dalam hal ini, seperti tidak memiliki kamar tidur sendiri, fasilitas belajar yang memadai, atau ruang privasi, mereka mungkin mencari cara untuk mengekspresikan diri mereka melalui vandalisme.
Muhammad Kurniawan Menekankan Pentingnya Peran Orang Tua dan Guru dalam Pencegahan Vandalisme dalam Kalangan Remaja
Kepala Disdikbud Kaltim juga menekankan pentingnya peran orang tua dan guru dalam mencegah kegiatan vandalisme di kalangan siswa-siswi. Dia mengatakan bahwa orang tua dan guru harus aktif dalam membangun kedekatan dengan anak-anak mereka, sehingga tindakan negatif seperti vandalisme dapat dihindari.
Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan yang positif dari lingkungan sosial, termasuk keluarga dan sekolah, memiliki peran kunci dalam meminimalisir perilaku merusak fasilitas umum ini.
“Dari orang tua hingga para guru, harus bisa membangun kedekatan dengan anak-anaknya, agar tindakan yang merugikan tersebut tidak terjadi,” jelasnya.
Kurniawan memberikan saran bahwa peserta didik sebaiknya diarahkan untuk mengembangkan minat dan bakat positif mereka sebagai alternatif dari aksi vandalisme. Ia juga menyoroti dampak negatif dari vandalisme, seperti kerusakan fasilitas umum yang bisa mengganggu keselamatan dan kenyamanan masyarakat, terutama ketika rambu lalu lintas rusak.
“Apalagi bila aksi vandalisme dilakukan secara sengaja, seperti merusak dan menghancurkan karya seni, itu sangat merugikan,” imbuhnya.
Sebagai penutup, Kurniawan berharap agar peserta didik di wilayah Kalimantan Timur bisa mengerti dan memahami aksi vandalisme tersebut, yang dapat merugikan masyarakat sekitar bilamana terjadi di ruang publik.(MUH/ADV/DISDIKBUDKALTIM).